Senin, 28 Agustus 2017

EKONOMI KERAKYATAN Catatan 4

EKONOMI KERAKYATAN Catatan 4
Mahli Sembiring

Program stabilisasi Orde Baru yang diarsiteki kaum ekonom-teknokrat bisa dikatakan berhasil.  Buktinya inflasi turun ke tingkat 85 % pada 1968, dari hampir 1000% pada 1965. Kendati terdapat dampak negatif dari tindakan penghematan dan langkah-langkah stabilisasi itu, keadaan ekonomi cenderung normal. Sealanjutnya strategi-strategi program teknokratis dikembangkan dan dilaksanakan melalui Program Repelita di bawah panduan naskah GBHN yang ditetapkan MPR tiap lima tahun sekali. Program Repelita menganut sistem liberal dan melalui mekanisme pasar. Dalam melaksanakan strateginya, para ekonom didukung oleh sejumlah besar pinjaman lunak (soft loans) dan hibah-hibah dari luar negeri. Pinjaman itu dari IGGI dengan syarat pinjaman pada tingkat yang wajar, baik dalam hal suku bunga, jangka waktu pinjaman maupun periode pengembaliannya.

Prinsip umum sistem anggaran berimbang yang berbeda diterapkan oleh para teknokrat sejak tahap stabilisasi. Sistem anggaran berimbang memasukkan dua sumber eksternal pendapatan (migas dan bantuan asing) di di dalamnya (Saidi, 1998:76). Anggaran dikatakan berimbang karena defisit yang terjadi dibayar oleh pinjaman luar negeri. Implikasinya terjadi defisit transaksi berjalan semakin besar. Struktur sistem anggaran ini memiliki pengaruh luar biasa terhadap perekonomian dalam negeri.  Struktur sistem anggaran ini mencerminkan akibat yang timbul jika ada guncangan dari luar.


Dampak negatif dari tindakan penghematan dan langkah-langkah stabilisasi itu adalah dinaikkannya tingkat suku bunga bank menjadi 6-9% sebulan dan tingkat penalty untuk kredit yang menunggak. Dampak negatif dari tahap stabilisasi memberikan sejumlah masalah yang terjadi pada awal 1970-an. Akibat kenaikan beban keuangan, banyak industri kecil dan menengah kolaps dan gulung tikar. Besarnya beban bunga yang harus ditanggung dunia usaha menimbulkan pengangguran dan gangguan-gangguan sosial di perkotaan. Persoalan etnis Cina, warisan Orde Lama yang belum terselesaikan secara tuntas, berakibat semakin lama semakain memburuk. Masalah ini berpuncak pada meletusnya peristiwa Malari 1974. Terjadi gerakan anti investasi asing meluap sedemikian besar. Permasalahan dari beban keuangan, bangkrutnya dunia usaha, pengangguran, masalah sara merupakan mata rantai dari implikasi kebijakan liberal yang berorientasi keluar. Kebijakan ekonomi yang salah tersebut memaksa pemerintah mengubah strategi pembangunannya.