Minggu, 10 September 2023

GEREJA DAN KERAJAAN

GEREJA DAN KERAJAAN

Bacaan Bible: Markus 4:26-29; Mat. 16:16-19; 1 Kor. 3:9b; Wahyu 14:4, 14-16

Gereja dan Kerajaan adalah salah satu subjek terbesar dalam Alkitab. Jika kita membaca Perjanjian Baru dengan cermat dan benar, kita akan melihat pentingnya gereja dan kerajaan.

Dalam Matius 3, dekat dengan permulaan Perjanjian Baru, kita mempunyai perkataan mengenai kerajaan. Yohanes Pembaptis datang, berkhotbah di padang gurun Yudea, mengatakan, “Bertobatlah, sebab Kerajaan Surga sudah dekat” (Mat. 3:2). Khotbah Yohanes Pembaptis adalah inisiasi administrasi pemerintahan Perjanjian Baru Allah. Pertobatan dalam khotbah Yohanes Pembaptis, sebagai pembukaan administrasi pemerintahan Perjanjian Baru Allah, akan membawa perubahan bagi Kerajaan Surga. Hal ini menunjukkan bahwa administrasi pemerintahan Perjanjian Baru Allah terfokus pada kerajaan-Nya.

Pondasi gereja

Dalam Matius 16 Tuhan Yesus membawa murid-murid-Nya ke daerah Kaisarea Filipi dan di sana Ia bertanya kepada mereka, “Menurut kata orang, siapakah Anak Manusia itu?” (Mat. 16:13). Setelah mereka menjawab, Tuhan melanjutkan dengan bertanya, “Tetapi kamu, menurut kamu, siapakah Aku ini?” (ayat 15). Sebagai orang yang menerima wahyu dari Bapa, Simon Petrus menjawab dan berkata, “Engkaulah Mesias, Anak Allah yang hidup” (ayat 16).

Menurut Ef. 5:32, ada misteri besar yang terdiri dari dua bagian, Kristus dan gereja. Karena wahyu Bapa mengenai Kristus hanyalah paruh pertama dari misteri besar ini, Tuhan melanjutkan dengan berbicara mengenai gereja: “Dan Aku berkata kepadamu juga bahwa kamu adalah Petrus, dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan gereja-Ku” (ayat 18). Hal ini menunjukkan dengan kuat bahwa gereja harus menjadi sesuatu dari Kristus dan untuk Kristus. Pertama, Kristus dikenali, dikenal, dan bahkan dimiliki. Kemudian Tuhan berkata bahwa di atas “batu karang ini” Dia akan membangun gereja-Nya. Batu karang ini tidak hanya mengacu pada Kristus, tetapi juga pada wahyu Kristus, yang diterima Petrus dari Bapa. Gereja dibangun di atas wahyu tentang Kristus ini. Oleh karena itu, “batu karang” di sini bukan hanya Kristus sendiri; itu juga merupakan realisasi, pengetahuan, pengalaman, dan kepemilikan Kristus.

Saat ini banyak orang mengakui bahwa Kristus adalah pondasi gereja. Namun mereka belum melihat bahwa pondasi sesungguhnya bagi pembangunan gereja adalah realisasi akan Kristus. Jika kita tidak menyadari Kristus dalam pengalaman kita, kita tidak akan mempunyai pondasi bagi pembangunan gereja. Oleh karena itu, kita harus mengenal Kristus. Dengan demikian, pengenalan, pengalaman, kenikmatan, dan kepemilikan kita akan Kristus akan menjadi pondasi di mana Dia akan membangun gereja.

Kunci Kerajaan

Dalam Matius 16:19, segera setelah berbicara mengenai gereja, Tuhan melanjutkan dengan berbicara mengenai kerajaan: “Aku akan memberikan kepadamu kunci-kunci Kerajaan Surga, dan apa pun yang kamu ikat di bumi akan tetap seperti semula terikat di surga, dan apa pun yang kamu lepaskan di bumi, itulah yang telah dilepaskan di surga.” Di sini “Kerajaan Surga” digunakan secara bergantian dengan “Gereja” di ayat sebelumnya. Saya tidak akan mengatakan bahwa istilah-istilah ini sama; namun, di ayat 18 dan 19 keduanya digunakan secara bergantian. Ini adalah bukti kuat bahwa gereja yang sejati (tidak semua gereja) adalah kerajaan di zaman ini. Hal ini ditegaskan oleh Roma 14:17, sebuah ayat yang mengacu pada kehidupan bergereja yang benar.

Firman Tuhan kepada Petrus dalam Matius 16:19 mengenai kunci Kerajaan Surga digenapi dalam kitab Kisah Para Rasul. Aspek pertama dari penggenapan ini terdapat dalam Kisah Para Rasul pasal 2 dan aspek kedua dalam Kisah Para Rasul pasal 10. Dalam kedua peristiwa ini Petrus menggunakan dua kunci. Dalam Matius 16:19 Tuhan berbicara tentang kunci-kunci, bukan tentang satu kunci. Pada hari Pentakosta, sebagaimana dicatat dalam Kisah Para Rasul pasal dua, Petrus menggunakan salah satu kunci untuk membuka pintu bagi orang-orang Yahudi untuk masuk ke dalam kerajaan. Kemudian di rumah Kornelius, seperti dicatat dalam Kisah Para Rasul pasal sepuluh, Petrus menggunakan kunci kedua untuk membuka pintu bagi orang-orang bukan Yahudi untuk masuk. Inilah alasan mengapa dalam Efesus 2 kita melihat bahwa baik orang Yahudi maupun orang bukan Yahudi dibangun bersama-sama ke dalam satu gereja: “Jadi kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, tetapi kamu adalah warga negara orang-orang kudus dan anggota rumah tangga Allah, yang dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sendiri sebagai batu penjuru.” (ay.19-20).

Kita perlu terkesan dengan fakta bahwa di Matius 16:18 kita mengenal gereja dan di ayat berikutnya kita mengenal kerajaan. Hal ini menunjukkan bahwa ketika gereja pertama kali disebutkan dalam Perjanjian Baru, hal ini disebutkan dalam hubungannya dengan kerajaan. Lebih jauh lagi, sebagaimana telah kita lihat, dalam ayat-ayat ini gereja dan kerajaan merupakan istilah yang dapat dipertukarkan.

Realitas Kerajaan di dalam Gereja

Meskipun gereja dengan jelas disebutkan dalam Matius 16, tidak ada yang disebutkan mengenai gereja dalam Injil Markus. Khususnya dalam pasal empat, Tuhan berbicara mengenai Kerajaan Allah. Dalam Markus 4:26-29 kita melihat perumpamaan tentang benih. “Dan Ia berfirman: Demikianlah Kerajaan Allah itu seperti halnya manusia yang menaburkan benih di bumi” (ayat 26). Perumpamaan ini mengungkapkan bahwa kerajaan adalah soal kehidupan, yang bertunas, bertumbuh, menghasilkan buah, matang, dan menghasilkan tuaian. Di ayat 27 dan 28 kita melihat pertumbuhan benih secara spontan. Kemudian di ayat 29 kita melihat panen. Perumpamaan ini merupakan gambaran singkat tentang kerajaan.

Apakah gereja termasuk dalam perumpamaan tentang benih ini? Tentu saja gereja tidak disebutkan secara langsung. Meskipun demikian, gereja harus diikutsertakan dalam hal ini. Dalam perumpamaan ini kita melihat penabur, benih yang ditabur, ladang, perkembangan benih, dan hasil panen. Ini adalah gambaran lengkap kerajaan tersebut. Namun di gambar manakah kita melihat gereja? Hal ini patut kita pertimbangkan.

Untuk membantu menjawab pertanyaan mengenai di mana gereja berada dalam Markus 4:26-29, kita dapat memikirkan kata-kata Paulus tentang ladang Allah. Dalam 1 Korintus 3:9b, sebuah perkataan yang ditujukan kepada gereja di Korintus, Paulus berkata, “Kamu adalah ladang Allah.” Secara harfiah, kata Yunani yang diterjemahkan “pertanian” berarti tanah yang ditanami. Gereja adalah ladang Allah, ladang-Nya, tanah garapan-Nya. Jika kita memperhatikan perkataan Paulus dalam 1 Korintus 3:9 dan perumpamaan tentang benih dalam Markus 4:26-29, kita akan melihat bahwa perkataan Paulus membantu kita memahami hubungan antara gereja dan kerajaan.

Kita dapat menggunakan taman (ingat Taman Eden) sebagai ilustrasi hubungan antara gereja dan kerajaan. Di atap rumah saya ada sebuah taman kecil yang bisa kita sebut sebagai kerajaan – kerajaan tumbuhan. Kerajaan tumbuhan ini menggambarkan kerajaan yang ditaburkan sebagai benih dalam Injil. Dalam Surat-Surat Para Rasul kepada Jemaat, benih ini tumbuh dan berkembang, dan pada akhirnya, dalam kitab Wahyu, akan ada penuaian. Wahyu 14 berbicara tentang buah sulung (ay.4) dan kemudian tentang tuaian (ay.14-16). Penuaian itu akan menjadi perkembangan penuh kerajaan itu, dan menurut 1 Korintus 3:9, ladang di mana panen itu bertumbuh adalah gereja. Oleh karena itu, dengan menggunakan ilustrasi taman saya, kita dapat mengatakan bahwa taman itu sendiri menggambarkan gereja, dan tanaman-tanaman yang tumbuh di taman itu menggambarkan Kerajaan, atap rumah saya sebagai bumi. Ilustrasi ini membantu kita melihat bagaimana kerajaan ada di dalam gereja dan gereja ada di atas bumi. Injil Matius secara khusus mengungkapkan bahwa di dalam gereja saat ini kita memiliki realitas kerajaan.

Misalkan di atap rumah saya hanya ada beton, dak, tanpa ada tanaman yang tumbuh. Apakah dak kosong itu akan menjadi taman? Tidak, alih-alih menjadi taman, itu hanya menjadi atap dengan dak beton. Lalu, bagaimana atap seperti itu bisa menjadi taman? Itu menjadi sebuah taman hanya dengan menanam tanaman di dalamnya. Semakin banyak tanaman tumbuh di pekarangan, maka pekarangan tersebut akan menjadi sebuah taman. Dengan cara yang sama, semakin banyak benih kerajaan bertumbuh di tanah yang digarap, di tanah pertanian, di dalam gereja, maka gereja semakin menjadi realitas kerajaan tersebut.

Dalam kehidupan gereja saat ini, banyak “tanaman” yang tumbuh. Jika kita tidak dilahirkan kembali tetapi hanya menjadi orang-orang duniawi, kita hanyalah sebidang tanah kosong. Namun karena kita telah dilahirkan kembali (semoga Anda sudah dilahirkan Kembali, lahir baru), kita semua adalah tanaman yang tumbuh di lahan pertanian Tuhan. Oleh karena itu, kita adalah ladang Tuhan, taman-Nya. Lalu apa itu kerajaan? Kerajaan itu sebenarnya adalah realitas dari banyaknya tanaman yang tumbuh di lahan pertanian Tuhan. Semakin kita bertumbuh dalam hidup, semakin nyata realitas kerajaan itu hadir bersama kita.

Perjanjian Baru berbicara tentang Kerajaan Allah dan Kerajaan Surga. Namun hal ini tidak berarti bahwa ada dua kerajaan. Hanya ada satu kerajaan, Kerajaan Tuhan yang unik, dan Kerajaan Surga adalah bagian dari kerajaan unik ini.

Kita dapat membandingkan Kerajaan Allah dengan sebuah negara seperti Indonesia dan Kerajaan Surga dengan ibu kotanya, IKN Nusantara (saat ini masih di Jakarta), provinsi di mana kantor Pemerintah Pusat berada. Indonesia dan Jakarta, bukanlah dua negara, tapi satu. Tidak, Jakarta, adalah provinsi khusus, Daerah Khusus Ibukota, di negara Indonesia. Kita dapat mengatakan bahwa Kerajaan Surga adalah Jakarta yang rohani, wilayah kekuasaan Kerajaan Allah. Oleh karena itu, Kerajaan Allah dan Kerajaan Surga bukanlah dua kerajaan. Sebaliknya, Kerajaan Allah adalah kerajaan yang unik, dan Kerajaan Surga adalah bagian dari kerajaan ini.

Dalam masa anugerah kita mempunyai gereja, dan di dalam gereja, kita mempunyai orang-orang percaya yang menang, mereka yang berada dalam realitas Kerajaan Surga.

Dalam ilustrasi taman di atap rumah saya, realitas Kerajaan Surga digambarkan dengan tumbuhnya tanaman. Semakin banyak tanaman di taman saya tumbuh, semakin nyata pula realitas taman di atap. Misalkan semua pohon dan tanaman di taman saya mati. Maka, dalam situasi seperti ini, taman tidak akan menjadi kenyataan. Tanaman mati, taman hilang.

Kita perlu mempertimbangkan seberapa besar realitas yang ada di antara kita dalam kehidupan bergereja. Besar kecilnya realitas tergantung pada besarnya pertumbuhan dalam kehidupan. Jika Anda mengunjungi taman saya dan melihat tanaman dan pepohonan yang sehat dan indah, Anda mungkin berseru, “Taman yang indah sekali!” Anda akan melihat taman yang penuh dengan kenyataan. Ini adalah gambaran tentang apa yang kita maksud dengan realitas kerajaan di dalam gereja.

Hidup adalah Benar-Benar Sangat Penting

Gereja adalah sebuah taman, dan kerajaan adalah tumbuhnya orang-orang kudus seperti tanaman di taman ini. Ketika orang-orang kudus, yaitu tanaman, mencapai kematangan, mereka akan memenuhi syarat untuk menjadi raja bersama Kristus dalam Kerajaan Allah. Ketika Tuhan datang kembali, semua orang yang telah bertumbuh dewasa akan memenuhi syarat untuk menjadi raja bersama-Nya dalam perwujudan kerajaan selama milenium. Perwujudan kerajaan akan terjadi di zaman yang akan datang.

Perjanjian Baru tidak menyajikan Kerajaan Allah hanya sebagai sebuah doktrin (pegangan ajaran) atau nubuatan yang obyektif. Tidak, Perjanjian Baru mengajarkan kebenaran kerajaan sebagai realitas kehidupan. Kerajaan Allah sepenuhnya merupakan persoalan kehidupan ilahi.

Kitab 1 Korintus menunjukkan bahwa Kerajaan Allah adalah soal kehidupan Allah. Dalam 1 Korintus 1:2 kita mempunyai gereja, karena Surat ini ditujukan kepada “jemaat Allah yang ada di Korintus.” Dalam Surat ini Paulus berulang kali merujuk pada gereja atau gereja-gereja (4:17; 6:4; 7:17; 10:32; 11:16, 18, 22; 12:28; 14:4, 5, 12, 19, 23, 28, 33, 34, 35; 15:9; 16:1, 19).

Dalam 1 Korintus 3:9 kita melihat bahwa gereja adalah ladang Allah. Dalam pasal enam, ayat 9 sampai 11, Paulus melanjutkan dengan berbicara mengenai Kerajaan Allah, dengan menunjukkan bahwa orang-orang percaya yang berdosa tidak akan memenuhi syarat untuk mewarisi Kerajaan Allah. Oleh karena itu, dalam pasal satu kita mempunyai gereja; di bab tiga, pertanian; dan di bab enam, kerajaan. Dalam pasal lima belas dari 1 Korintus Paulus kembali berbicara mengenai Kerajaan Allah (ay.24,50).

Dalam Perjanjian Baru kita mempunyai pemikiran bahwa kerajaan adalah persoalan hidup. Benih kehidupan ini adalah Kristus adalah segalanya. Yang satu ini (yaitu Kristus) telah ditaburkan ke dalam diri kita sebagai sebuah benih, dan benih ini kini bertumbuh dan berkembang di dalam diri kita hingga mencapai kematangan. Ketika benih ini bertumbuh dalam diri kita, Kristus menggantikan kita dengan diri-Nya sendiri. Ketika kita mencapai kedewasaan, kita akan memiliki Kristus sebagai pengganti penuh kita, dan Dia akan menjadi segalanya bagi kita. Itu juga akan menjadi masa panen dan saat kita memenuhi syarat untuk memerintah bersama Kristus. Di zaman ini kita mempunyai realitas pertumbuhan kehidupan ilahi, dan di zaman berikutnya kita akan mempunyai manifestasi kerajaan ketika Kristus dan para raja lainnya memerintah seluruh dunia.

Kita semua perlu memahami bahwa kerajaan adalah persoalan hidup. Kerajaan Allah telah dimulai dengan menaburkan benih kehidupan ke dalam diri kita. Benih ini adalah Kristus yang adalah segalanya, sebagai hakikat kehidupan yang bertumbuh di dalam kita, berkembang di dalam kita, dan menjadi dewasa di dalam kita. Sehubungan dengan benih ini, kita memiliki Kristus, gereja, dan kerajaan. Kristus adalah benihnya, gereja adalah ladang atau tamannya, dan kerajaan adalah realitasnya.