Minggu, 01 Oktober 2023

KRISTUS MENJADI KEPALA ATAS SEGALA SESUATU BAGI GEREJA

KRISTUS MENJADI KEPALA ATAS SEGALA SESUATU BAGI GEREJA

Dalam Efesus 1 Paulus berdoa agar kita mempunyai roh hikmat dan wahyu dalam pengetahuan penuh akan Allah. Sesuai konteksnya, mengenal Alah secara penuh berarti mengetahui pengharapan akan panggilan Tuhan, kemuliaan warisan Tuhan di antara orang-orang kudus, dan kebesaran kuasa Tuhan terhadap kita yang percaya. Mengenal Tuhan berarti mengetahui pengharapan, kemuliaan dan kuasa, karena Tuhan sendiri ada di dalam pengharapan, kemuliaan dan kuasa. Jika kita mengaku mengenal Tuhan tetapi tidak mengetahui ketiga hal ini (pengharapan, kemuliaan, dan kuasa), maka kita mengenal Tuhan hanya secara obyektif, bukan berdasarkan pengalaman. Namun mengenal Tuhan dalam pengharapan, kemuliaan dan kuasa berarti mengenal Dia secara pengalaman dan subyektif.

Kebanyakan orang Kristen saat ini mengenal Tuhan secara obyektif, hanya sekedar pengetahuan belaka. Bagi mereka, Tuhan berada jauh di surga. Mereka mengenal Tuhan sebagai objek keyakinan dan ibadah mereka, namun mereka tidak mengenal-Nya secara subyektif sebagai pengharapan, kemuliaan, dan kuasa mereka. Mereka tidak mengenal Dia sebagai Pribadi yang bekerja di dalam diri mereka untuk menjadikan mereka kudus, menjadikan mereka anak-anak Allah, dan menjadikan mereka milik pusaka Allah.

Menjadi Warisan Tuhan

Panggilan Allah merupakan keseluruhan dari perkataan baik-Nya mengenai kita. Dalam perkataan Tuhan kita dijadikan kudus, kita dijadikan anak-anak Tuhan, dan kita menjadi warisan Tuhan. Dengan demikian, kita akan menjadi harta yang layak menjadi warisan Tuhan. Tuhan itu begitu tinggi, begitu agung, dan sangat berharga. Meskipun demikian, Dia akan menerima kita sebagai warisan-Nya. Namun jika kita melihat kondisi kita saat ini, kita akan menyadari bahwa kita tidak layak menjadi warisan-Nya. Namun Tuhan akan bekerja di dalam diri kita untuk menjadikan kita layak, berharga, dan bernilai, harta unik di alam semesta sebagai warisan bagi-Nya. Tuhan menganggap kita, umat pilihan-Nya, milik-Nya yang istimewa. Satu-satunya cara kita bisa menjadi harta Tuhan, milik-Nya yang istimewa, adalah melalui karya ilahi di dalam kita. Tuhan adalah hartanya, dan Dia mengerjakan diri-Nya sendiri sebagai harta itu ke dalam kita agar kita bisa menjadi harta bagi-Nya.

Yerusalem Baru

Tiga aspek penting dari perkataan baik Tuhan adalah bahwa kita akan dikuduskan, bahwa kita akan menjadi anak-anak Tuhan, dan bahwa kita akan menjadi warisan Tuhan. Ketiga aspek ini terlihat pada Yerusalem Baru. Menurut Wahyu 21, Yerusalem Baru akan menjadi kota kudus, kota dimana kekudusan Tuhan terlihat. Juga, Yerusalem Baru akan menjadi kumpulan susunan anak-anak Allah. Wahyu 21:7 mengatakan bahwa siapa yang menang akan mewarisi segala sesuatu dan menjadi anak Tuhan. Hal ini menunjukkan bahwa Yerusalem Baru adalah totalitas dari status anak Allah. Terlebih lagi, Yerusalem Baru akan menjadi harta, warisan, baik bagi Tuhan maupun bagi kita. Di Yerusalem Baru Tuhan akan menikmati kita sebagai harta-Nya, dan kita akan menikmati Dia sebagai harta kita. Oleh karena itu, Yerusalem Baru akan menjadi warisan bersama dan kepuasan bersama bagi Tuhan dan manusia milik kepunyaan-Nya. Yerusalem Baru akan menjadi perwujudan kekudusan, Kumpulan susunan anak-anak Tuhan, dan warisan bersama bagi Tuhan dan manusia. Terlebih lagi, Yerusalem Baru akan memiliki kemuliaan Tuhan, yaitu kemuliaan warisan Tuhan, kekayaan kemuliaan warisan-Nya di antara orang-orang kudus. Hari ini kemuliaan ini adalah harapan kita.

Kuasa Yang Semua Inklusi Terhadap Kita Yang Beriman

Harapan ini dipenuhi oleh kuasa Tuhan yang luar biasa besarnya. Kekristenan yang fundamental mempunyai kekuatan yang kecil. Kekristenan Pantekosta juga tidak mempunyai kekuatan yang memadai. Namun Efesus 1 berbicara tentang kuasa yang ada pada kita yang percaya. Sebagai orang yang percaya kepada Tuhan Yesus dan bibel, kita semua dapat berseru, “Haleluya, aku percaya! Aku percaya kepada Tuhan Yesus dan aku percaya kepada Firman Tuhan.” Kita tidak perlu berpuasa dan berdoa untuk menerima kuasa Ilahi, karena kuasa itu ada pada kita yang beriman. Dengan percaya kita diposisikan dan memenuhi syarat untuk menerima kuasa Tuhan. Haleluya, kuasa ini ada pada kita yang beriman!

Listrik adalah ilustrasi yang bagus untuk hal ini. Saat kita membangun gedung, listrik juga dipasang. Setelah tersambung dengan PLN, daya listrik dialirkan ke gedung. Terserah kita apakah kita menggunakan daya PLN ini atau tidak, dan kita menggunakannya dengan menyalakannya dengan menekan tombol saklar. Demikian pula listrik surgawi sudah terpasang di dalam diri kita, dan kuasa surgawi sudah mengalir ke arah kita. Cara untuk menerima kuasa ini adalah hanya dengan menggunakan saklar, bukan atau tidak dengan berpuasa dan berdoa selama beberapa hari. Salah satu cara untuk berlatih menggunakan tombol saklar ini adalah dengan mengucapkan Efesus 1:19-23 berulang kali.

1:19 Dan betapa hebat besarnya kuasa-Nya terhadap kita yang percaya, sesuai dengan operasi kekuatan kuasa-Nya,

1:20 Yang dilakukan-Nya beroperasi di dalam Kristus dengan membangkitkan Dia dari antara orang mati dan mendudukkan Dia di sebelah kanan-Nya di surga,

1:21 Jauh melebihi segala pemerintahan dan otorita dan kekuasaan dan ketuhanan dan segala nama yang dapat disebutkan bukan hanya pada zaman ini, tetapi juga pada zaman yang akan datang;

1:22 Lalu Ia menundukkan segala sesuatu di bawah kaki-Nya dan memberikan Dia sebagai Kepala atas segala sesuatu bagi gereja,

1:23 Yaitu Tubuh-Nya, kepenuhan dari Dia yang mengisi segala sesuatu dalam segalanya.

 

Jika kita mengucapkan ayat-ayat ini sepuluh kali dengan penuh percaya, kita akan diberdayakan. Namun, jika Anda berulang kali mengatakan bahwa Anda lemah, Anda sebenarnya akan menjadi lemah. (Ini fakta: banyak orang, termasuk yang menyebut dirinya Kristen berbicara jelek dan buruk tentang dirinya sendiri, dan tanpa sadar mempertahankan keadannya yang buruk atau jelek itu;  maka akan sulit bagi orang itu untuk mengubah keadaannya ke arah yang lebih baik).  Namun dengan berbicara positif dalam iman, kita menggunakan seluruh keberadaan kita untuk menerima kuasa ilahi. Ketika kita berbicara dengan iman dan menerima kuasa, semua hal negatif akan hilang. Setan tidak takut terhadap doa-doa kita yang menyedihkan dan memohon, namun ia takut terhadap ucapan kita dalam iman. Kita perlu mengatakan, “Saya percaya, saya berbicara, saya mempunyai kuasa, saya kuat.” Ini bukanlah takhyul; itu adalah iman Kristen kita.

Soal iman, harus ada faktanya dulu. Tuhan datang untuk memberi tahu kita tentang fakta tersebut, dan kemudian kita percaya apa yang Tuhan katakan. Kepercayaan Kristen kita persis seperti ini. Meskipun kita tidak dapat melihatnya, namun faktanya Kristus telah bangkit dari antara orang mati dan duduk di surga jauh di atas segalanya. Terlebih lagi, adalah fakta bahwa segala sesuatu telah tunduk di bawah kaki-Nya dan bahwa Dia adalah Kepala atas segala sesuatu bagi gereja. Ini adalah fakta yang terjadi di alam semesta. Melalui Firman-Nya yang kudus, Allah datang untuk memberi tahu kita fakta-fakta ini. Lalu kita mengimani apa yang difirmankan Allah dan mengucapkan apa saja yang difirmankan Allah. Inilah iman. Kita hendaknya tidak hanya membaca dan mempelajari Alkitab, tetapi juga berbicara tentang Alkitab. Mungkin ada orang yang mengecam karena ada orang lain mengulang-ulang ayat-ayat Alkitab, tapi abaikan saja mereka, malah mengulanginya lebih sering lagi.

Di alam semesta ini terjadi transmisi dari Tuhan di surga ke gereja. Efesus 1:19 mengatakan bahwa transmisi ini adalah “kepada kita yang percaya.” Lebih jauh lagi, 1:22 mengatakan, “Dan Ia menundukkan segala sesuatu di bawah kaki-Nya dan ‘menyerahkan’ Dia sebagai Kepala atas segala sesuatu bagi jemaat.” Kata kecil “menyerahkan” menunjukkan suatu transmisi. Secara fisik tidak seorangpun pernah melihat penyerahan Kristus kepada gereja, tetapi secara Rohani dan iman kita penyerahanan itu memang terjadi. Kuasa yang ada pada kita adalah Allah Tritunggal. Kuasa ini bukan hanya kuasa penciptaan, melainkan kuasa yang telah melewati inkarnasi (Allah menjadi manusia), penyaliban, kematian, penguburan, kebangkitan, dan kenaikan. Setelah semua langkah ini, Allah Tritunggal datang kepada kita sebagai suatu kuasa. Oleh karena itu, di dalam kuasa ini terdapat kuasa penciptaan, inkarnasi, penyaliban, kebangkitan, dan kenaikan. Oleh karena itu, ini adalah kekuatan yang mencakup semua. Kuasa terhadap kita yang beriman adalah Allah Tritunggal, Pencipta alam semesta, yang berinkarnasi, melewati penyaliban, masuk kebangkitan dan kenaikan, dan turun kepada kita. Kuasa ini telah dipasang di dalam diri kita, sama seperti listrik yang telah dipasang di sebuah gedung.

Kita perlu percaya bahwa kuasa ini sekarang ada di dalam diri kita. Namun, banyak di antara kita yang terlalu alamiah atau ilmiah dan terlalu logis dan berkata, “Bagaimana mungkin ada kuasa  sebesar itu dalam diriku? Aku menyadari bahwa aku telah bertobat, bahwa aku telah mengakui dosa-dosaku kepada Tuhan, dan bahwa aku percaya kepada-Nya dan yakin kepada-Nya. Aku dapat memahami bahwa Tuhan telah menyelamatkanku, mengampuniku, dan membersihkanku dengan darah Kristus yang berharga. Namun pada saat itu aku yakin aku tidak merasakan bahwa kuasa ilahi telah terpasang dalam diriku. “Apakah Anda bermaksud mengatakan bahwa kuasa yang inklusi segalanya, Bapa, Anak, dan Roh Kudus melalui penciptaan, inkarnasi, penyaliban, kebangkitan, dan kenaikan, telah beroperasi di dalam diriku? Aku hanya tidak merasa mempunyai kuasa seperti itu. Tidak logis untuk mengatakan bahwa aku memilikinya.” Logika selalu bertentangan dengan iman, dan iman bertentangan dengan logika. Dalam hal transmisi kuasa ilahi ini, jangan mencoba bersikap terlalu logis. Sebaliknya, jalankan iman, laksanakan sesuai iman Anda.

Mari kita pertimbangkan masalah ini dengan cara ini. Kita telah dilahirkan kembali, diregenerasikan kembali. Dilahirkan kembali berarti melahirkan Tuhan di dalam kita. Apakah Anda percaya bahwa Tuhan telah dilahirkan ke dalam diri Anda? Allah yang telah dilahirkan ke dalam Anda adalah Allah Bapa, Anak, dan Roh Kudus. Pada saat Tuhan ini lahir dalam diri Anda, Dia telah melalui penciptaan, inkarnasi, penyaliban, kebangkitan, dan kenaikan. Apakah Anda merasakan semua ini ketika Anda dilahirkan kembali? Apakah Anda mempunyai  perasaan mengenai hal itu atau tidak, tidak berarti apa-apa. Yang penting adalah Anda percaya apa pun yang dikatakan Alkitab. Ketika Alkitab memberitahu Anda bahwa Anda berdosa, Anda perlu berkata, “Amin.” Ketika Alkitab mengatakan untuk bertobat, Anda perlu bertobat. Pada saat kamu percaya, sesuatu terjadi padamu dan di dalam dirimu, meskipun kamu mungkin tidak mengerti apa itu. Apa yang terjadi adalah kuasa itu, Allah Tritunggal sendiri, telah terpasang di dalam diri Anda. Saat seperti ini pengetian dan perasaan Anda lebih baik disimpan saja untuk keperluan lain. Apa yang Anda percaya itulah iman Anda. Sebagaimana imanmu, terjadi padamu.

Kebutuhan Untuk Mengetahui Kuasa Ini

Karena penting bagi orang-orang percaya untuk memiliki pengetahuan yang benar tentang kuasa ini, Rasul Paulus berdoa agar kita mempunyai roh hikmat dan wahyu dalam pengetahuan penuh akan Allah dan mengetahui keagungan kuasa yang luar biasa yang ada pada kita yang percaya. Ya, kita mempunyai kuasa yang luar biasa besarnya dalam diri kita, namun kebutuhan kita saat ini adalah mengetahui kekuatan ini. Disadari atau tidak, ada transmisi yang terjadi dari surga ketiga, tempat Tuhan berada, ke dalam kita. Transmisi inilah yang membedakan kita dengan orang-orang yang tidak mengenal Kristus. Karena kuasa yang ada di dalam diri kita ini, mustahil bagi kita untuk membuang iman Kristen kita. Kalau ada yang pindah agama dari Kristen masuk ke agama lain, ini semata-mata karena memang kuasa ini tidak pernah mengalir ke dalam diri orang itu. Sekali lagi saya katakan bahwa di dalam diri kita terdapat kuasa ilahi dan bahwa kuasa ini adalah Allah Tritunggal yang telah melewati penciptaan, inkarnasi, penyaliban, kebangkitan, dan kenaikan dan telah dipasang di dalam diri kita sebagai kuasa yang inklusi segalanya. Jadi, ada hubungan ilahi antara kita dan surga ketiga. Apa yang kita butuhkan saat ini adalah mengetahui kehebatan kuasa ini.

Berbicara dan Mengalami Transmisi

Kita perlu membaca ayat-ayat Efesus berulang kali sampai kita benar-benar terkesan dan dapat menyampaikannya secara lisan kepada diri kita sendiri atau kepada orang lain. Setiap hari kita perlu menyampaikannya kepada diri kita sendiri, kepada anggota keluarga kita, kepada saudara dan saudari, kepada para malaikat dan setan, dan kepada semua makhluk ciptaan. Semakin banyak kita berbicara tentang kuasa ini, semakin kita akan merasakannya disalurkan ke dalam diri kita.

Pada akhirnya, melalui iman kita pada transmisi ini dan melalui penyampaiannya, gereja akan muncul dalam cara yang praktis. Kristus adalah Kepala atas segala sesuatu bagi gereja. Kita perlu mempercayai hal ini dan terus-menerus mengucapkannya. Demi kehidupan gereja yang lebih baik, saya menyarankan agar kita semua mengucapkan Efesus 1:19-23 beberapa kali sehari, minimal sepuluh kali sehari. Mari kita lihat apa hasilnya jika kita semua melakukan ini. Betapa jauh lebih baik pembicaraan seperti ini daripada pembicaraan sia-sia mengenai saudara-saudari atau situasi di dalam gereja! Berbicara tentang orang-orang kudus tidak mengangkat dan menguatkan kita; sebaliknya, hal itu justru menjatuhkan dan melemahkan kita. Jika semua orang kudus berbicara masalah orang-orang lain, kehidupan gereja akan hilang. Oleh karena itu, marilah kita berbicara Efesus 1:19-23 dan melupakan situasi yang terjadi di gereja-gereja, para tua-tua, dan saudara-saudari. Selama jangka waktu sepuluh hari, biarlah kita semua di gereja mengucapkan ayat-ayat ini minimal sepuluh kali sehari. Saya yakin jika kita melakukan hal ini, kehidupan gereja akan terangkat, karena saat kita berbicara, transmisi kuasa dari surga kepada diri kita akan terjadi. Dengan cara ini kita akan diresapi dengan kuasa ilahi dari transmisi surgawi. Dari pengalaman orang-orang yang sudah melakukannya, dapat mereka bersaksi bahwa hal ini akan terjadi.

Kita terlalu natural, alamiah, ilmiah, terlalu logis, dan terlalu rendah. Mari kita lupakan kondisi gereja-gereja dan orang-orang kudus dan kembali pada Firman Tuhan. Mari kita kembali ke Firman Tuhan yang murni. Mari kita percaya Firman Tuhan dan mengucapkannya. Saat kita berbicara, kita akan mengalami transmisi surgawi, dan kita semua akan diresapi dengan Allah Tritunggal sebagai kuasa yang inklusi segalanya. Kuasa besar ini ada pada gereja. Di sini, dalam transmisi kuasa ilahi, kita mempunyai kehidupan gereja yang kokoh.

Kita tidak boleh mempelajari Efesus 1 hanya untuk sekedar doktrin. Sebaliknya, kita harus percaya pada perkataan Tuhan mengenai fakta universal. Kita tidak hanya mempercayai perkataan Tuhan, namun kita sendiri mengulanginya berulang kali. Dengan cara ini kita mengalami transmisi kuasa ilahi kepada gereja.