SAMPAH ATAU PERMATA 7
PRINSIP KERAJAN ALLAH TENTANG POTENSI DIRI
Tinjau
prinsip-prinsip dari 7 artikel terakhir dalam blog ini:
• Tuhan menciptakan
segalanya dengan potensi.
• Tidak ada dalam
hidup ini yang instan.
• Segala sesuatu
dalam hidup memiliki potensi untuk memenuhi tujuannya.
• Jangan puas dengan
diri Anda sekarang.
• Jangan mati tanpa
menggunakan potensi penuh Anda.
• Ancaman terbesar
terhadap kemajuan adalah pencapaian sukses terakhir Anda.
SAMPAH ATAU PERMATA
Jadi Allah
menciptakan manusia menurut gambarnya sendiri ... Allah melihat semua yang
telah Dia buat, dan itu sangat baik (Kejadian 1: 27a, 31a).
Pematung tua itu
berjalan ke rumahnya yang sederhana di luar pusat desa. Dalam perjalanannya ia
melewati rumah putih besar milik pemilik perkebunan yang, bersama pekerja
lapangannya, menebang salah satu pohon tua. Pematung tua itu tiba-tiba berhenti.
Dia mendengar dari luar dinding suatu percakapan dengan nada tertarik,
"Apa yang akan Anda lakukan dengan tunggul kayu yang dibuang itu?"
Pemiliknya menjawab,
“Ini tidak baik untuk kayu bakar. Saya tidak menggunakan sampah ini."
Pematung tua itu mendatangi
pemilik tunggul dan memohon sepotong kayu "sampah". Pemilik dengan
senang memberikannya. Dengan hati-hati pematung tua mengangkat batang pohon
yang diikat ke bahunya. Dengan senyum terima kasih, dia terhuyung-huyung berjalan
ke kejauhan membawa hartanya yang memberatkan.
Setelah memasuki
pondoknya, lelaki tua itu meletakkan sebatang pohon bergerigi di tengah lantai.
Kemudian, dengan cara yang tampaknya misterius dan seremonial, dia berjalan
mengitari apa yang disebut pemilik perkebunan itu “sampah tidak berguna.”
Ketika lelaki tua itu mengambil palu dan pahatnya, sebuah senyuman aneh terbentuk
di kulit wajahnya. Mulai memahat kayu, ia bekerja seolah-olah di bawah mandat
untuk membebaskan sesuatu dari belalai yang sudah renta dan sudah lapuk.
Keesokan paginya, sinar
matahari menemukan pematung itu tertidur di lantai pondoknya, memegangi burung
yang diukir dengan indah. Dia telah membebaskan burung itu dari ikatan kayu
rongsokan. Kemudian, setelah bangun, dia meletakkan burung itu di pagar beranda
depannya dan melupakannya.
Beberapa minggu
kemudian pemilik perkebunan datang berkunjung. Ketika dia melihat burung itu,
dia menawarkan kepada pematung itu untuk membelinya — menawarkan berapa pun
harga yang bisa diberikan oleh pematung itu. Merasa puas telah melakukan
tawar-menawar yang luar biasa, pria kaya itu pergi, memeluk harta yang baru
diperoleh.
Pematung tua itu,
yang duduk di tangga pondoknya yang sederhana, menghitung jarahannya dan
berpikir, “Sampah ada di mata yang melihatnya. Beberapa terlihat, tetapi yang
lain melihat barang yang berbeda, yang sangat berharga."
Saya sendiri pernah
mengalami ini. Suatu hari beberapa puluh tahun lalu saya masih bujangan dan kos
di suatu rumah di Jakarta Pusat. Pemilik rumah menawarkan satu usaha yang
terbengkalai dan sangat menyusahkan dia. Dia mengajak saya ke tempat usaha
tersebut. Ternyata ada sebidang tanah, luas dua ribuan meter dipenuhi puluhan
pondok-pondok pemulung. Di tengah-tengah tanah itu ada pondok yang lebih besar
dan dijadikan warung untuk memenuhi kebutuhan para pemulung yang tinggal di
situ. Saya memperhatikan barang-barang bekas yang mereka perjual belikan. Para
pemulung tidak ada yang berani mendekat, kecuali pemilik warung yang mengangkat
dirinya sendiri menjadi bos di situ. Saya bercakap-cakap dengan bos pemulung
tersebut. Setelah melihat dan bercakap-cakap, saya pelajari bisnis sampah ini.
Saya berkesimpulan ini menguntungkan. Saya setuju membelinya dengan harga
murah. Kemudian saya perpanjang kontrak lahan selama lima tahun. Saya bangun
pondok-pondok yang lebih rapi bertingkat di sekeliling tanah, sekaligus
berfungsi sebagai pagar pembatas dengan tetangga. Saya tetap membangun satu
pondok besar di tengah yang menjadi tempat tinggal Manajer dan pusat transaksi
dengan pemulung dan juga gudang. Pondok di tengah juga merupakan tempat
berkumpul pemulung dan nonton di kala istirahat. Hasilnya luar biasa. Dalam
tiga bulan semua modal yang saya investasikan sudah kembali. Saya hitung-hitung
sebenarnya penghasilan seorang pemulung itu rata-rata sebulan lebih besar dari
gaji saya sebagai staf di perusahaan bank swasta.
Saat ini ada banyak
individu yang hidupnya seperti pohon tua yang ditebang dan dianggap sampah oleh
orang lain. Mungkin oleh keluarganya sendiri. Lebih parah lagi oleh istri atau
suaminya, yang telah menyatakan sehidup semati dengan cintanya yang luar biasa.
Sekarang dia berubah menjadi pasangan yang menakutkan dan mengancam setiap
saat. Dia terperangkap di dalamnya. Tetapi sebenarnya, di tangan yang ahli, dia
adalah burung indah yang potensial yang mungkin tidak pernah terbang, dan
dibeli dengan mahal oleh peminatnya. Bukankah semakin tua seseorang semakin
banyak pengalaman hidupnya? Bukankah pengalaman itu sekumpulan buku yang dapat
memiliki nilai milyaran kalau dikomersialkan oleh orang yang tepat? Bukankah
nasihat dari pengalaman itu adalah jasa konsultasi yang bernilai jutaan per
jamnya? Bukankah suka duka hidup itu bernilai milyaran rupiah kalau
dikonversikan menjadi talk show seperti di tangan Najwa Sihab atau Karni Ilyas?
Atau rumah produksi lainnya? Atau kalau dibuatkan serial video dapat mendatangkan
rupiah demi rupiah kalau sudah memberkati ratusan ribu orang di youtube?
Masyarakat, seperti
pemilik perkebunan, tidak melihat apa pun di dalam tunggul kayu itu kecuali
orang yang tidak berguna dan tidak berharga dalam perjalanannya ke tumpukan
sampah kehidupan. Tetapi kita harus ingat bahwa sampah satu orang adalah
permata orang lain. Apapun yang kau dambakan dan inginkan, renungkan, bayangkan
bahwa itu dapat engkau wujudkan. Karena … engkau adalah ciptaan Allah … untuk
menjadi berguna bagi umat manusia. Carilah … dan kembangkan potensi Anda.
... Kita harus ingat
bahwa sampah bagi satu orang adalah permata bagi orang lain.