BERANAK CUCU ARTINYA MEMBERI DAN MENERIMA BERLIPAT
GANDA
Tuhan adalah Raja
dari alam rohani yang disebut Surga yang tidak terlihat tetapi sangat nyata.
Faktanya, Surga lebih nyata daripada alam alami tempat kita manusia hidup,
bernafas, dan memiliki keberadaan kita. Surga ada sebelum bumi yang kita kenal
sebagai alam alami dan merupakan sumber dari mana semua alam berasal. Kejadian
1: 1 Pada mulanya Allah menciptakan surga dan bumi. (Catatan: jangan hanya
mengandalkan diri pada Alkitab terjemahan LAI [heaven dalam KJV oleh LAI
diterjemahkan langit], cek Bible versi lainnya).
Allah menciptakan bumi,
membawa bentuk dari ketidakberwujudan dan keteraturan dari kekacauan, bukan
untuk membiarkannya kosong tetapi agar dihuni. Yes. 45:18 Karena beginilah
firman Tuhan yang menciptakan surga-surga; Tuhan sendiri yang membentuk bumi
dan membuatnya; Ia telah membangunnya, ia menciptakannya dengan tidak sia-sia,
ia membentuknya untuk dihuni: Akulah TUHAN; dan tidak ada yang lain.
Tujuan dan
rencananya yang semula adalah untuk memperluas Kerajaan surgawi-Nya ke bumi —
untuk membawa pemerintahan rohani-Nya yang tak terlihat ke dalam wilayah alami
yang kelihatan. Karena alasan inilah Dia menciptakan manusia - pria dan wanita
- dalam gambar-Nya sendiri dan mengenakannya dalam tubuh fisik dari daging dan
darah dan tulang yang terbuat dari bahan yang sama seperti bumi itu sendiri. Sehingga
manusia itu dapat melakukan penguasaan atas bumi seperti halnya Dia
melakukannya di Surga. Mereka harus menjadi wakil pemerintahanNya-Nya,
memerintah atas nama-Nya dan di bawah otoritas-Nya.
Raja dan Kerajaan
adalah konsep yang berasal dari surga, bukan asal duniawi. Tuhan memilih
konsep-konsep ini untuk menggambarkan rencana dan program-Nya untuk umat
manusia dan bumi. Jadi, untuk memahami Tuhan, kita harus memahami konsep Raja
dan Kerajaan.
Adam diciptakan
sebagai raja dan penguasa bumi. Ini wajar saja. Allah menciptakan manusia
menurut gambar dan rupa-Nya sendiri. Karena Allah adalah Raja, manusia juga
harus menjadi raja. Sebagai raja bumi, manusia memiliki kualitas dan
karakteristik unik tertentu yang membuatnya berbeda dari semua makhluk lain di
bumi.
Salah satu kualitas
ini adalah penentuan nasib sendiri. Manusia memiliki kemampuan untuk bernalar. Kemampuan untuk membingkai pemikiran dan
idenya sendiri dan membuat keputusan sendiri. Dalam hal ini ia seperti
Penciptanya. Dia juga diberkati dengan kapasitas untuk berhadapan muka, satu
lawan satu dengan Tuhan, suatu hak istimewa yang tidak dinikmati oleh makhluk
lain di bumi.
Sang Pencipta
memberi Adam bumi sebagai wilayah kekuasaannya. Seorang raja bukanlah seorang
raja kecuali jika ia memiliki wilayah untuk memerintah. Melalui penggunaan
kekuatan penentuan nasib sendiri yang tidak tepat, Adam memberontak melawan
Allah dan kehilangan kerajaannya di bumi. Karena rajanya sudah dipecat, bumi
yang kosong langsung dikuasai oleh mahluk lain ciptaan Allah sendiri. Pemerintahan
manusia atas bumi dirampas dan diduduki oleh "kerub penganggur."
Kerub penganggur adalah seorang malaikat pemberontak yang telah jatuh yang
tidak memiliki hak atau wewenang untuk mengambilnya. Oleh kelicikan kerub
pemberontak ini, manusia dia perdaya (dia tipu) dan manusia itu dengan semua
keturuannya dijadikannya budak di wilayahnya sendiri. (Ingat cerita ibu tiri
yang jahat, yang memaksa anak tirinya melaksanakan tugas-tugas budak tatkala
ayahnya tidak di rumah).
Tetapi karunia dan
panggilan Allah kepada manusia tidak dapat dibatalkan. Rm. 11:29 Saya katakan
kemudian, Apakah karena mereka tersandung lalu mereka harus jatuh? Allah
melarang: melainkan melalui kejatuhan mereka datang keselamatan kepada orang-orang
bukan Israel, untuk memprovokasi mereka supaya cemburu.
Rencana dan tujuan
awal Allah masih ada seperti semula. Nasib manusia adalah untuk menguasai bumi.
Jadi manusia harus mendapatkan Kerajaannya kembali. Ketika waktunya tepat dalam
sejarah, Raja Surga mengutus Putra-Nya ke bumi untuk menegakkan kembali
kekuasaan Surga di bumi. Ia mengutus Anak-Nya untuk memulihkan manusia ke
Kerajaannya yang duniawi. Yesus Kristus memasuki mata publik dan memproklamirkan
pesan sederhana namun mendalam: "Bertobatlah, karena Kerajaan Sorga sudah
dekat" (Mat. 4: 17b). Sebagai manusia dan juga Putra Allah, Yesus memiliki
wewenang untuk memulihkan Kerajaan dan memerintah sebagai Raja. Posisi Raja
adalah hak kesulungan-Nya.
Kedudukan raja
selalu merupakan masalah hak kesulungan dari silsilah kerajaan. Anda akan ingat
bahwa ketika Yesus berdiri di hadapan Pilatus pada pagi hari Ia disalibkan. Pilatus
bertanya kepada-Nya apakah Ia adalah raja orang Yahudi. Yesus menjawab, “Anda
benar dengan mengatakan bahwa Aku adalah seorang raja. Bahkan, untuk alasan
inilah Aku dilahirkan ... ” (Yohanes 18: 37b).
Yesus bukan
satu-satunya yang mengakui kerajaan-Nya. Bahkan sejak kelahiran-Nya, ada
orang-orang yang tahu siapa Dia dan mengapa Dia datang:
1 Ketika Yesus
dilahirkan di Betlehem, di Yudea, pada zaman Herodes, raja, lihatlah, datanglah
orang-orang majus (bijaksana, majus = magus = magic = anggota dari kelompok
imam di zaman Persia, bahasa Indonesia = tukang sihir, ahli sihir) dari timur
ke Yerusalem. 2 Kata mereka: "Di manakah dia, yang lahir, raja orang
Yahudi?" karena kita telah melihat bintangNya di timur, dan datang untuk
menyembahNya. (Matius 2: 1-2).
Kedatangan Yesus
Kristus sebagai Raja menunjukkan sifat penting lain dari Allah: Ia adalah
pemberi. Pertama, Dia memberi manusia bumi. Kemudian Dia memberi kekuasaan
kepada manusia untuk memerintah bumi. Walaupun setelah manusia kehilangan
Kerajaannya, Allah memberikan dan sekaligus menugaska nAnak-Nya untuk “merebut
kembali bumi” sehingga Ia bisa mendapatkan Kerajaan manusia kembali. Yesus
memberikan diri-Nya, bahkan sampai mati, untuk menyelamatkan manusia dari efek
dan konsekuensi dari pemberontakannya terhadap Allah. Dalam kedatangan Yesus,
dan di seluruh Alkitab kita melihat berulang-ulang bahwa memberi adalah prinsip
dasar Kerajaan Surga.
Tuhan adalah
pemberi. Bahkan, kehormatan-Nya sebagai Raja Surga menuntut pemberian. Sebagai
Tuhan, Dia memberi karena itu adalah sifat-Nya. Sebagai warga Kerajaan, kita
memberi karena kita seperti Dia, diciptakan menurut gambar dan rupa-Nya, dan
karena memberi adalah cara yang tepat untuk menghormati Raja.
ENAM PRINSIP-PRINSIP
MEMBERI DARI BANGSAWAN KERAJAAN
1. Kekuatan raja ditampilkan dalam kekayaan mereka.
Semakin kaya raja,
semakin besar kekuatannya (atau setidaknya persepsi kekuasaannya di mata orang
lain). Inilah sebabnya mengapa raja selalu berusaha untuk meningkatkan kekayaan
mereka dan memperluas wilayah mereka. Cara yang paling jelas bahwa kekayaan memperlihatkan
kekuatan raja adalah dalam kemampuannya untuk memberi dengan murah hati, boros,
royal (royal = bangsawan, keluarga kerajaan) dan bahkan secara sembrono membagikan
kekayaannya kepada warganya dan juga kepada orang luar yang mengunjungi
kerajaannya. (Itulah sebabnya kalau ada Pejabat datang ke satu daerah di
Indonesia, rakyat datang berbondong-bondong, karena mengharapkan sesuatu yang
diberikan oleh pejabat bersangkutan. Harapan seperti ini sering menjadi
bumerang: dari mengharap menjadi kecewa. Contoh: ketika saya [Mahli Sembiring]
menjadi Intruktur Pengembangan Usaha Rakyat di beberapa Kementerian Pemerintah
Republik Indonesia, saat melakukan pelatihan atau bertemu kelompok masyarakat
mereka sering sekali mempertanyakan tindak lanjut realisasi janji Menteri yang
pernah disampaikan kepada mereka dalam forum terbuka).
Raja-raja yang
memerintah karena memiliki tanah yang luas dalam sumber daya untuk dirinya
sendiri, sementara warganya miskin dinilai sebagai raja yang miskin, kurang
memiliki kekuasaan dan pengaruh dan karenanya diminta diberhentikan karena
dianggap tidak penting. Mereka bahkan mungkin dianggap tidak mampu atau tidak
mau merawat warga dan rakyatnya dengan baik. Oleh karena itu, raja yang buruk
mengembangkan reputasi yang buruk, yang membawa kita pada prinsip kedua.
2. Tujuan kekayaan raja adalah untuk mengamankan
reputasinya — kemuliaannya.
Setiap raja yang
berhati nurani ingin dikenal sebagai yang bijak, baik, murah hati, dan adil.
Dia terus-menerus memperhatikan kesejahteraan penuh dari rakyatnya. Dia ingin
dapat menunjukkan kepada dunia bahwa dia dapat memberikan warganya apa pun dan
semua yang mereka butuhkan. Keinginan rakyat yang tidak terpenuhi di kerajaan
adalah hal yang memalukan bagi raja. Jadi reputasi seorang raja terkait dengan
kemampuannya untuk menjaga warganya, dan kemampuan itu terkait langsung dengan
kekayaannya. Seorang raja yang rakyatnya aman dalam bekal kebajikannya akan
dicintai oleh rakyatnya, dihormati oleh raja lain dan penguasa lainnya, dan
akan menikmati pemerintahan yang stabil dan aman. Reputasinya mapan, dan
kemuliaan-Nya bersinar ke sekeliling wilayahnya. Hal ini juga berlaku untuk
pemerintahan demokrasi: presiden, gubernur, bupati, walikota dipilih
semata-mata untuk mensejahterakan rakyat. Makanya kalau pejabat yang dipilih
karena idealism dan tidak memiliki harta kekayaan untuk mendukung jabatannya,
maka dia akan cenderung korupsi dan menyalahgunakan kekuasaan. Bagaimanapun dia
butuh sumber daya, sementara sistem pemerintahan sangat membatasi tindakannya
untuk mengambil harta negara … maka ‘meranalah dia yang menjabat karena ambisi
dan idealisme’.
3. Kemuliaan seorang raja adalah kekuatannya untuk
mengalahkan raja lainnya.
Ini adalah alasan
lain mengapa kekayaan penting bagi seorang raja. Raja sangat peduli dan terus
menerus bertahan dengan reputasi mereka. Tidak ada raja yang menyukai pemikiran
bahwa raja lain mungkin lebih kaya, lebih baik hati, atau lebih memberi
daripada dia. Akibatnya, raja akan memberikan secara bebas sebagai tanggapan
terhadap hadiah yang diberikan kepada mereka, atau dari kebaikan murni, sering
tidak proporsional dengan nilai hadiah yang diterima atau jasa penerima.
Makanya dalam pemerintahan modern, demokrasi, banyak yang sakit jiwa dan harus
dirawat karena tidak siap dan tidak kuat kalah dalam perebutan kursi jabatan.
Ini berbeda jelas dengan
membandingkannya kepada karakteristik dari Raja Surga. Sebagai pemilik
segalanya, Tuhan adalah Raja terkaya yang pernah ada, atau akan pernah ada.
Tidak ada yang bisa mengalahkan Allah. Dia memberi dengan boros tanpa
memperhatikan prestasi kita atau kemampuan kita untuk membayar. Jangan lupa
bahwa Yesus meyakinkan kita bahwa adalah kesenangan Bapa-Nya untuk memberi kita
Kerajaan. Tetapi bukan permintaan anak kecil yang bisa menjerumuskan dirinya.
Tuhan memberi yang terbaik untuk orang yang dapat bertanggung jawab: bumi
dengan segala isinya sebagai tempat berkarya, Roh Kudus untuk sumber kekuasaan
dan kekuatan dalam memerintah dan kepribadian ilahi. Dia tidak menuntut agar
kita menjadikan diri kita "layak" pertama, tetapi kita harus
menundukkan diri mengikuti ketetapanNya, kalau tidak kita akan dibuang.
4. Memberikan permintaan pada kekayaan raja.
Kekayaan yang tidak
digunakan untuk apa pun tidak ada gunanya. Raja yang saleh dan baik hati tidak
mencari kekayaan hanya untuk pengayaan dan kesenangan mereka sendiri. Mereka
tidak mendapatkan kekayaan hanya supaya mereka bisa duduk di atas tumpukan dan
berkata, “Lihat aku! Lihat betapa kayanya aku!” Raja-raja yang baik menggunakan
kekayaan mereka untuk membawa kesejahteraan bagi rakyatnya dan meningkatkan
kualitas hidup mereka. Dengan cara ini kekayaan raja tidak mandek atau
membusuk. Sesuai dengan prinsip dasar pembangunan kekayaan, raja-raja yang baik
tahu bagaimana membuat kekayaan mereka bekerja untuk mereka. Raja memberikannya
untuk menerima lebih banyak. Itu adalah prinsip timbal balik — memberi,
memberi, memberi kemudian menerima lebih banyak, menerima lebih banyak, dan
menerima lebih banyak lagi. Ingat perintah pertama Allah kepada manusia:
beranak cucu dan bertambah banyak artinya memproduksi dan memproduksi lebih
banyak lagi: dalam segala hal yang ada di bumi. Induk menghasilkan anak (3),
anak menghasilkan anak (cucu [9]), cucu menghasilkan anak (cicit [27) begitu
seterusnya. Jadi dari 2 è 6 è
18 è 54. Artinya pertama sepasang, menghasilkan 3 pasang,
menghasilkan, 9 pasang, menghasilkan 27 pasang. Kalau semua masih hidup 4
keturunan jumlahnya menjadi: 80. Seperti keluarga Yakub pindah ke Mesir di
zaman Perdana Menteri Yusuf.
Prinsip timbal balik
bekerja dua arah. Memberi seorang raja berarti menuntut pembagian kekayaannya
karena seorang raja tidak bisa membiarkan dirinya dikalahkan. Apa pun yang ia
terima sebagai hadiah, ia harus kembalikan dalam bentuk berlipat ganda. Ini
membawa kita pada prinsip memberi yang kelima.
5. Memberi membutuhkan respons dari raja.
Ketika Anda memberi
kepada seorang raja, dia berkewajiban tidak hanya untuk menanggapi hadiah Anda
tetapi juga untuk melampauinya. Ketika ratu Sheba mengunjungi Raja Salomo dari
Israel, hadiahnya adalah rempah-rempah, sejumlah besar emas dan batu permata,
merupakan protokol yang cocok. Namun, dia tidak siap untuk melihat besarnya
kekayaan yang dia temukan di istana Salomo:
Ketika ratu Syeba
melihat semua hikmat Salomo dan istana yang telah ia bangun, makanan di atas
mejanya, tempat duduk para pejabatnya, para pelayan yang hadir dengan jubah
mereka, juru minumannya, dan persembahan bakaran yang ia buat di bait suci
Tuhan, dia kewalahan. Dia berkata kepada raja, “Laporan yang saya dengar di
negara saya sendiri tentang prestasi Anda dan kebijaksanaan Anda adalah benar.
Tetapi saya tidak percaya hal-hal ini sampai saya datang dan melihat dengan
mata kepala sendiri. Memang, bahkan tidak ada yang diberi tahu; dalam
kebijaksanaan dan kekayaan Anda telah jauh melampaui laporan yang saya dengar.…
Dan dia memberi raja 120 talenta emas, sejumlah besar rempah-rempah, dan
batu-batu berharga. Tidak pernah lagi ada begitu banyak rempah-rempah yang
dibawa masuk seperti yang diberikan oleh ratu Syeba kepada Raja Salomo.… Raja
Salomo memberikan kepaa ratu Syeba yang dia inginkan dan minta, selain apa yang
telah dia berikan kepadanya dari karunia kerajaannya (1 Raja-raja 10: 4-7, 10, 13a).
Sama mewahnya dengan hadiah ratu untuk Salomo, hadiah Salomo untuknya sebagai balasannya
jauh melebihi hadiah yang dia berikan.
Raja Surga juga
demikian. Ketika kita memberi kepada-Nya, Dia merespons dengan baik tetapi
dalam ukuran yang jauh lebih besar. Yesus berkata: Berikan, dan itu akan
diberikan kepada Anda. Ukuran yang baik, ditekan ke bawah, dikocok bersama dan
dilindas, akan dituangkan ke pangkuan Anda. Karena dengan ukuran yang Anda
gunakan, itu akan diukur untuk Anda (Lukas 6:38). Kita tidak akan pernah bisa
mengalahkan Tuhan. Ketika kita memberi kepadaNya, maka Dia akan memberi dengan
berlimpah dan berlimpah sebagai balasannya. Itu adalah prinsip Kerajaan-Nya.
Selain itu, reputasi dan kemuliaan-Nya dipertaruhkan.
6. Memberi seorang raja menarik kekayaan-Nya kepada si
pemberi.
Memberi memberi
memberi. Prinsip ini berlaku dua arah. Raja memberikan kekayaan untuk
mendapatkan lebih banyak kekayaan. Tetapi ketika kita memberi kepada Raja, itu
akan memberi kita kembali karena kemurahan hati kita menarik kekayaan Raja
kepada kita.
Ini secara langsung terkait dengan
konsep penatagunaan versus kepemilikan. Selama kita merasa memiliki apa yang
kita miliki, kita cenderung melekat padanya dan memegangnya dekat dengan dada
kita. Dalam postur itu, tidak mungkin untuk menerima lebih banyak. Kita tidak
dapat menerima apa pun dengan kepalan tangan tertutup dan jari yang terkepal.
Di sisi lain, ketika kita mendekati Raja dengan tangan terbuka dengan
barang-barang kita, kita tidak hanya dapat meletakkannya di kaki-Nya sebagai
hadiah, tetapi kita juga dalam posisi untuk menerima. Memberi kepada Raja
menarik kekayaan-Nya karena Dia adalah pemberi dan tertarik kepada mereka yang
memiliki semangat yang sama. Bagaimana Anda memberi kepada Tuhan? Banyak cara,
salah satunya melalui LEMSAKTI. Lihat di sebelah kanan kolom blog ini pojok
atas, ada nomor rekening, silahkan diisi kalau hati Anda siap memberi: Harap
setor/transfer ke rekening Account No: 90013592783 Bank BTPN.
TUJUH ALASAN UNTUK
MEMBERIKAN KE RAJA
1. Protokol kerajaan mensyaratkan bahwa Memberi harus
diberikan ketika mengunjungi seorang raja.
Inilah sebabnya
mengapa ratu Syeba membawa hadiah-hadiah mewah kepada Raja Salomo meskipun Raja
Salomo lebih kaya daripada dia. Itu protokol kerajaan. Raja Salomo akan
melakukan hal yang sama jika dia mengunjunginya. Protokol pemberian hadiah
kepada raja ini mencerminkan prinsip surga. Ketika Tuhan memberikan Musa Hukum
bagi bangsa Israel, Dia menjelaskan bahwa kapan pun orang-orang datang kepada
Tuhan, mereka harus membawa persembahan atau pengorbanan, tergantung pada
kesempatannya. Mereka tidak pernah mendekati-Nya tanpa apa-apa. Allah
memerintahkan Musa: Dan tidak seorang pun akan muncul di hadapan-Ku dengan
tangan kosong (Keluaran 34: 21b, NKJV). Prinsipnya masih berlaku. Kita harus
selalu mendekati Raja dengan hadiah yang bisa diberikan: persepuluhan atau 10
persen dari pendapatan, sumbangan, persembahan, pujian, ucapan syukur, ibadah;
tidak dengan tangan kosong. Karunia terbaik yang dapat kita berikan kepada-Nya
adalah hati dan hidup kita, dengan bebas dan sepenuhnya. Pemberian dan
sumbangan uang, misalnya melalui LEMSAKTI
memungkinkan menjangkau lebih banyak jiwa untuk Kerajaan Surga di
seluruh dunia, tidak terbatas untuk satu jemaat gereja saja.
2. Memberi itu harus sesuai untuk raja.
Lebih buruk daripada
mendekati raja tanpa hadiah berarti membawa hadiah yang tidak layak baginya.
Hadiah yang tidak pantas atau tidak memadai sama dengan penghinaan terhadap
raja. Ini menunjukkan bahwa pemberi tidak menghormati raja atau otoritasnya
dengan baik. Inilah sebabnya mengapa hukum pengorbanan orang Yahudi (yang
mendahului pengorbanan Kristus, Anak Domba Allah yang sempurna yang menghapus
dosa dunia. Yohanes 1:29 Keesokan harinya Yohanes melihat Yesus datang
kepadanya, dan berkata, Lihatlah Anak Domba Allah, yang menghapus dosa dunia.
Hukum Musa
menetapkan bahwa hanya hewan yang tidak bercela, tidak bernoda, tidak cacat
yang dapat dipersembahkan sebagai korban. Orang-orang memberikan hadiah kepada
Raja, dan hadiah mereka harus layak bagi-Nya. Ketika Raja Daud dari Israel
berangkat untuk membangun mezbah bagi Tuhan, ia berusaha membeli tempat
pengirikan yang dimiliki oleh seorang pria bernama Araunah sebagai situsnya.
Araunah dengan murah hati menawarkan untuk memberikan tempat pengirikan kepada
David untuk tujuannya: Tetapi raja menjawab kepada Araunah, “Tidak, Aku
bersikeras membayar Anda untuk itu. Aku tidak akan mempersembahkan kepada
TUHAN, Allahku, korban bakaran yang tidak mengorbankan aku.” Maka Daud membeli
tempat pengirikan dan lembu itu dan membayar lima puluh syikal perak untuk
mereka” (2 Samuel 24:24).
David berusaha
menghentikan wabah di negeri itu yang disebabkan oleh ketidaktaatannya sendiri
kepada Tuhan. Setelah dia membangun mezbah dan berkorban, Tuhan menanggapi
doanya dan menghentikan wabah. Berikan hadiah kepada Raja yang layak bagi-Nya.
Jangan memberikan sesuatu yang akan merugikan Anda.
3. Memberi itu mengungkapkan nilai atau "nilai-jabatan"
raja kita.
Kualitas dari apa
yang kita tawarkan kepada Raja dan sikap yang kita tawarkan itu mengungkapkan
lebih dari kata-kata kita tentang nilai atau kelayakan yang kita serahkan
pada-Nya. Kualitas tidak berarti mahal atau mewah, tetapi itu berarti
menawarkan yang terbaik dari kita. Dan Memberi
kita belum tentu harus bernilai moneter. Yang jauh lebih bernilai bagi Raja
adalah Memberi hati yang
pertama-tama mencari Kerajaan-Nya dan kebenaran-Nya. Nabi Ibrani, Yesaya,
mencatat keluhan Tuhan terhadap umat-Nya yang merendahkan "nilai-jabatanNya":
Tuhan berkata: “Orang-orang ini mendekati Aku dengan mulut mereka dan
menghormati Aku dengan bibir mereka, tetapi hati mereka jauh dari-Ku.
Penyembahan mereka kepada-Ku hanya terdiri atas aturan yang diajarkan oleh
manusia (Yesaya 29:13). Memberi kita untuk Raja harus selalu
ditawarkan dari hati yang tulus dan pengakuan rendah hati akan kebesaran dan
keagungan-Nya yang luar biasa.
4. Ibadah menuntut pemberian dan pemberian adalah
ibadah.
“Berharga” adalah
tempat kita mendapatkan “penyembahan.” Memuja Raja berarti menganggap layak
atau layak bagi-Nya. Dan, seperti yang telah kita lihat, itu selalu melibatkan
membawa-Nya Memberi hadiah. Tidak
ada ibadat sejati tanpa pemberian hadiah. Tetapi memberi itu sendiri merupakan
tindakan pemujaan, dan menyembah selalu cocok untuk Raja. Orang Majus yang
melihat bintang-Nya di timur memahami ini, itulah sebabnya mereka membawa
hadiah ketika mereka datang untuk menemukan Dia: Ketika datang ke rumah, mereka
melihat anak itu bersama ibu-Nya Maria, dan mereka membungkuk dan menyembah
Dia. Kemudian mereka membuka harta mereka dan Memberi kepada-Nya hadiah dari emas dan kemenyan dan mur (Matius
2:11). Ibadah menuntut Memberi,
tetapi itu bisa berupa Memberi
pujian, Memberi ucapan syukur, Memberi pengakuan dosa, Memberi penyerahan diri, Memberi pengampunan, atau Memberi hati yang lembut dan taat serta
Memberi uang.
5. Memberi seorang raja menarik perhatiannya.
Raja tertarik pada
orang yang memberi dengan semangat yang mau dan bersyukur. Seperti orang lain,
seorang raja suka mengetahui bahwa dia dicintai dan dihargai. Raja Surga juga
demikian. Pemberi tertarik kepada pemberi dan memberikan bantuan-Nya. Memberi membuka pintu menuju berkat,
peluang, dan kemakmuran: Memberi membuka
jalan bagi pemberi dan mengantarnya ke hadirat yang agung (Amsal 18:16). Mereka
yang tahu protokol memberi akses ke ruang singgasana, sementara yang tidak,
tetap berdiri di luar gerbang.
Memberi dari hati
yang murah hati tanpa pikiran atau harapan untuk kembali terutama menarik
perhatian Raja karena itu adalah sikap yang paling dekat dengan miliknya. Dia Memberi roh semacam itu: Siapa pun yang
menerima seorang nabi karena dia adalah seorang nabi akan menerima upah seorang
nabi, dan siapa pun yang menerima orang yang saleh karena dia adalah orang yang
benar akan menerima hadiah orang yang benar. Dan jika seseorang memberi bahkan
secangkir air dingin kepada salah satu dari anak-anak kecil ini karena dia
adalah murid-Ku, Aku berkata kepadamu, dia pasti tidak akan kehilangan upahnya
(Matius 10: 41-42). Untuk
"menerima" seorang nabi atau orang yang benar berarti merawat dan
memenuhi kebutuhan orang itu tanpa mengharapkan imbalan. Memberi tanpa motif
tersembunyi dan tanpa ikatan apa pun — itu adalah jenis pemberian yang menarik
perhatian Raja.
6. Memberi seorang raja mengakui kepemilikannya atas
segalanya.
Ingat, raja juga
adalah raja; mereka memiliki segalanya di domain mereka. Jadi memberi kepada
raja berarti mengembalikan kepadanya apa yang sudah menjadi miliknya. Itu
sebabnya di Kerajaan Surga kita selalu menjadi penatalayan dan tidak pernah
memiliki. Kebenaran ini diwujudkan dalam Alkitab dalam prinsip-prinsip buah
sulung dan persepuluhan. Setiap panen, orang Yahudi diminta untuk membawa
“hasil pertama” dari panen dan mempersembahkannya kepada Tuhan. Hal yang sama
harus dilakukan dengan semua anak sulung hewan: domba, kambing, sapi. Selain
itu, persepuluhan — 10 persen — dari kenaikan seseorang, penghasilan dan
penghasilan seseorang, akan diberikan kepada Tuhan. Semua ini adalah untuk
tujuan mengakui kepemilikan Tuhan — Yang Mulia — atas segala sesuatu dan
kebajikan serta kasih-Nya dalam membiarkan mereka menggunakan dan menjadi
makmur dari sumber daya-Nya. Prinsip-prinsip yang sama ini berlaku hari ini,
setidaknya dalam semangat mengakui kepemilikan Allah. Warga negara kerajaan
harus tetap memberikan persepuluhan secara teratur sebagai tindakan iman dan
ibadat dalam mengakui tidak hanya kepemilikan Allah tetapi juga penyediaan
harian kebutuhan-kebutuhan kita serta berkat-berkat berlimpah dari-Nya.
7. Memberi seorang raja adalah ucapan syukur.
Salah satu cara
terbaik untuk mengungkapkan rasa terima kasih adalah dengan Memberi. Rasa terima kasih yang
diungkapkan itu sendiri adalah Memberi.
Lihatlah kata “ucapan syukur.” Balikkan dan Anda memiliki, “syukurlah” atau
“bersyukur.”
Semua orang suka
bahwa mereka dihargai. Terkadang Memberi
terbaik yang bisa kita berikan kepada seseorang adalah dengan mengungkapkan
terima kasih yang tulus atas hadiah yang diberikan atau kebaikan yang diterima.
Tuhan juga sama. Mengekspresikan terima kasih kita kepada Tuhan dari hati yang
tulus atas berkah, kebaikan, dan kebaikan-Nya kepada kita adalah untuk
menawarkan kepada-Nya hadiah yang diterima-Nya dengan gembira.
LIMA ALASAN UNTUK
MEMBERI
Memberi adalah hal
yang alami bagi raja. Sebagai warga Kerajaan dan anak-anak Raja, kita juga
adalah raja. Karena itu, beberapa prinsip mengikuti:
1. Jika kita semua
adalah raja, maka kita harus saling memberi. Ingat, Anda tidak pernah mendekati
seorang raja tanpa hadiah.
2. Ketika kita
memberi kepada Tubuh yaitu orang Kristen, kita memberi kepada Kristus sang
Raja. Karena Kristus hidup di dalam kita melalui Roh Kudus, setiap kali kita
saling memberi, kita memberi kepada-Nya.
3. Setiap kali kita
bertemu satu sama lain, memberi harus dilakukan secara otomatis. Jika kita
ingin menjadi seperti Raja kita, yang menciptakan kita menurut gambar dan
rupa-Nya, roh yang memberi harus menjadi sifat kedua bagi kita.
4. Orang-orang bijak
tahu ada Raja yang lebih besar di bumi. Itulah sebabnya mereka membawa hadiah
dan menyembah Dia. Dia masih di bumi — di hati dan kehidupan warga-Nya. Jadi,
setiap kali kita memberi, kita melakukannya seolah memberi kepada-Nya.
5. Ketika Anda
memberi kepada seorang raja, Anda menuntut apa yang dia miliki. Memberi memberi
memberi. Ketika kita memberi kepada Raja Surga, kita mewajibkan Dia untuk
memberi balasan. Ini bukan pernyataan lancang tetapi ekspresi dari prinsip yang
Dia tetapkan. Saat kita memberi, Dia memberi; ketika kita menahan, Dia menahan.
MEMBERI UTAMA
Memberi
utama dan terbesar yang Raja inginkan dari kita diringkas dalam kata-kata ini:
Kasihilah Tuhan,
Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap
kekuatanmu (Ulangan 6: 5).
Memberi mengaktifkan
kewajiban kerajaan.
Beri dia hidupmu dan
terima hidup-Nya.
… Mengingat
kata-kata yang Tuhan Yesus sendiri katakan: “Lebih diberkati memberi daripada
menerima” (Kisah Para Rasul 20:35).
Bagaimana Anda memberi
kepada Tuhan? Banyak cara, salah satunya melalui LEMSAKTI. Lihat di sebelah
kanan kolom blog ini pojok atas, ada nomor rekening, silahkan diisi kalau hati
Anda siap memberi: Harap setor/transfer ke rekening Account No: 90013592783 Bank
BTPN.