Motif Yudas dalam Mengkhianati Yesus
Seri ke-2 dari KEJAHATAN
KEUANGAN ADALAH DOSA YANG TIDAK DIAMPUNI?
Selama berabad-abad, banyak pandangan telah ditawarkan mengenai motif Yudas mengkhianati Yesus.
Matius 10:4 menyebutnya Yudas Iskariot. Dia berasal dari Keriot, sebuah kota di selatan Yudea. Yudas adalah satu-satunya orang Yudea di antara murid-murid Yesus. Yang lainnya, semuanya adalah orang Galilea. Beberapa orang bertanya-tanya apakah Yudas membenci kepemimpinan para nelayan Galilea di antara para murid, dan akhirnya merasa muak?
Yudas kecewa dengan tipe Raja Mesias yang Yesus tunjukkan. Yudas ingin Yesus menjadi Raja Mesias yang lebih politis dan penakluk. Yang dapat mengalahkan tentara Romawi yang menjajah Israel dan mengusir penjajah itu dari tanah Israel. Dengan demikian Yesus akan memiliki Istana dan Pemerintahan luar biasa, sehingga Yudas otomatis dapat menjadi Menteri Keuangan dan mengelola uang Negara yang luar biasa banyaknya. Ya, Yudas memimpikan itu, dia memiliki mimpi besar.
Yudas menyaksikan konflik yang sedang berlangsung antara Yesus dan para pemimpin agama Jahudi. Yudas menyimpulkan bahwa para pemimpin agama Jahudi menang, dan Yesus kalah. Oleh karena itu, ia memutuskan untuk memotong kerugiannya dan bergabung dengan pihak yang menang. Yudas seorang politisi dunia, yang memasang dua kaki: di kubu Yesus dan kubu pemimpin agama Jahudi.
Yudas membangun kesimpulan bagi dirinya sendiri, bahwa Yesus sama sekali bukan Raja Mesias yang dia nantikan dan harapkan seperti tertulis dalam kitab para Nabi. Yudas memiliki pandangan yang sama seperti yang pertama kali diyakini Saulus dari Tarsus, sebelum pertobatan Saul.
Yudas, menurut pemikirannya, melakukan ini dari motif yang mulia. Dia tidak sabar menunggu proses yang ditempuh Yesus untuk menyatakan diri-Nya sebagai Raja Mesias yang berkuasa. Dia berpikir, kemudian menyusun siasat agar dapat memaksa Yesus untuk melakukan tindakan sesuai yang Yudas inginkan: menunjukkan kekuasaanNya yang luar biasa. Yudas ingin Yesus melakukin mujizat dengan sekali pukul sudah dapat menghancurkan musuh-musuh Israel. Yudas berpikir Yesus terlalu lowprofile, tidak mau pamer, padahal Dia mampu. Sebaga Allah yang adalah manusia, Yesus Tahu Yudas akan mengkhianati Dia menurut Yohanes 6:70-71.
Yesus menjawab mereka, “Bukankah Aku telah memilih kamu, dua belas, dan salah satu dari kamu adalah iblis?” Dia berbicara tentang Yudas Iskariot, anak Simon, karena dialah yang akan mengkhianati Dia, menjadi salah satu dari dua belas.
Yesus menyebut Yudas adalah iblis. iblis/ib·lis/ n adalah makhluk halus yang selalu berupaya menyesatkan manusia dari petunjuk Tuhan; roh jahat; setan: tugasnya menggoda, memasuki diri seseorang untuk mempengaruhinya. Iblis (bahasa Arab: إبليس, iblīs) adalah julukan nenek moyang bangsa jin yang memiliki nama asli Azazil, ia makhluk pertama yang membangkang perintah Allah untuk bersujud di depan Adam dan tokoh ini dikenal dalam ajaran agama samawi.
Menurut
ajaran Islam dijelaskan bahwa Allah menciptakan tiga jenis makhluk berakal budi
yaitu malaikat yang diciptakan dari cahaya (nuur), jin dari
api (naar), dan manusia dari tanah (turaab).
Menurut
agama Kristen berdasarkan penafsiran dari bible, Iblis adalah pribadi yang
memberontak kepada Allah, sehingga dibuang dari sorga dan kemudian menghasut,
tepatnya menjebak Hawa, manusia untuk berdosa. Di dalam Alkitab bahasa
Indonesia bagian Perjanjian Lama kata "Iblis" hanya
dipakai di 3 kitab, yaitu Kitab 1 Tawarikh, Kitab Ayub, dan Kitab
Zakharia, yang merupakan terjemahan kata bahasa Ibrani: שטן (syatan atau "Setan"),
yang berarti musuh. Di bagian Perjanjian Baru, Iblis disebutkan berusaha
membawa manusia jauh dari Allah. Iblis malah mencobai Yesus Kristus,
meminta Yesus menyembah dia untuk mendapatkan imbalan seluruh kekayaan dunia.
Iblis gagal dan diusir pergi oleh Yesus. Karenanya Iblis disebut
sebagai musuh atau lawan bagi orang-orang
Kristen. Kata Iblis dalam bagian Perjanjian Baru ini diterjemahkan
dari bahasa Yunani: διάβολος (diabolos,
artinya "pemfitnah', "penghasut") yang dalam bahasa Inggris disebut devil.
Iblis
adalah personifikasi kejahatan seperti yang dikandung dalam berbagai budaya dan
tradisi agama. Hal ini dilihat sebagai objektifikasi dari kekuatan yang
bermusuhan dan merusak. Sulit untuk menentukan definisi khusus dari kerumitan
apa pun yang akan mencakup semua tradisi, di luar itu adalah manifestasi
kejahatan. Sangatlah penting untuk mempertimbangkan iblis melalui lensa setiap
budaya dan agama yang memiliki iblis sebagai bagian dari mitos mereka. Sejarah
konsep ini terjalin dengan teologi, mitologi, psikiatri, seni dan sastra,
mempertahankan validitas, dan berkembang secara independen dalam masing-masing
tradisi. Itu muncul secara historis
dalam banyak konteks dan budaya, dan diberi banyak nama berbeda—Setan, Lucifer,
Beelzebub, Mephistopheles, Iblis—dan atributnya. Ada yang digambarkan sebagai warna
biru, hitam, atau merah. Ada yang digambarkan memiliki tanduk di kepalanya, dan
tanpa tanduk, dan seterusnya. Gagasan tentang iblis sering dianggap serius,
tetapi tidak selalu, misalnya ketika figur iblis digunakan dalam iklan dan
bungkus permen. Malah jadi lucu dan menarik.
Jadi,
bagaimana memahami dan mengenali seseorang itu iblis? (iblis disebut seseorang
karena dia adalah pribadi, pribadi itu merujuk kepada roh, iblis itu juga roh,
roh yang sesat dan jatuh dari hadapan Allah, Allah adalah Roh kita sebut Bapa
artinya sumber dari segala roh). Apakah iblis itu Anda atau teman Anda? Contoh: dua sahabat
berjuang untuk suatu tujuan yang mulia melalui organisasi besar. Untuk
mewujudkan tujuan mulia tersebut mereka harus meyakinkan berbagai pihak untuk
memberikan dukungan. Mereka butuh orang-orang yang mendukung mereka untuk
memperoleh dana, pengetahuan, koneksi, barang-barang, fasilitas dan jabatan
pemerintahan untuk perijinan, dan lain sebagainya. Dalam perjalanan kedua
sahabat ini mendapatkan semua dukungan yang mereka butuhkan. Tetapi tanpa
disadari, ada dua perbedaan di antara semua orang yang sudah bergabung dalam
organisasi itu: masing-masing kepentingan organisasi dan kepentingan pribadi.
Kepentingan organisasi adalah bagaimana organisasi dapat berdiri kokoh dan
menjalankan fungsinya sehingga menghasilkan karya sepertu tujuan mereka semula
didirikan. Kepentingan pribadi adalah posisi dalam organisasi untuk menduduki
jabatan paling tinggi sehingga dapat memanfaatkan sumber daya organisasi
memenuhi ambisi pribadi dan juga kenikmatan pribadi. Dua sahabat semula
akhirnya menjadi musuh, karena hanya satu orang yang dapat menduduki posisi
tertinggi sekaligus berwenang untuk mengatur penggunaan semua sumber daya.
Sahabat yang satunya hanya menduduki posisi di bawah sahabatnya dan harus
menunggu persetujuan sahabatnya itu untuk menggunakan sumber daya organisasi.
Hasilnya? Ketidakpuasan di sahabat dengan posisi terendah, dan dia mempengaruhi
orang-orang lain yang mendukung organisasi ke pihaknya. Akibatnya: perpecahan
di antara mereka dan salah satu, yang paling kuat yang bertahan, dan yang
lainnya harus meninggalkan organisasi yang dia sudah perjuangkan dirikan dan
bangun sejak semula, dengan segala pengorbanannya. Siapakah iblis diantara
kedua sahabat ini? Jawabnya adalah yang mengutamakan kepentingan pribadi dirinya
sendiri dan mengorbankan kepentingan organisasi.
Bukankah
itu yang disampaikan oleh kutipan kita dari Yehezkiel dan Yesaya di atas, seri
pertama tulisan ini? Kisah ini akan terus berulang sepanjang hidup manusia,
selama manusia masih ada di bumi, maka peristiwa serupa akan selalu terulang.
Yang benar, berani dan cerdas serta cerdik, dialah yang akan bertahan. Yang
culas dan berkhianat dan lebih lemah akan dibuang dan dihukum. Dua sahabat
(Allah dan Kerub Pelindung) yang saling menyayangi dan bekerja sama, karena
hanya Allah yang Maha Kuasa, maka Dia dikkhianati oleh sahabatNya Kerub
Pelindung. Akibatnya Kerub Pelindung harus dibuang dari hadapan Allah.
Bukankah
ini yang terjadi di gereja? Di Negara? Di partai politik? Di perusahaan? Di
semua organisasi yang terdiri dari dua orang atau lebih. Mengapa ada yang
bertahan lama dan yang lain hanya sebentar dan tinggal kenangan? Ambil contoh
Partai berbasis Kristen di Indonesia setelah era reformasi? Apakah ada yang
bertahan dalam arti berhak terus ikut mendudukkan wakilnya di DPR? Silahkan
Anda selidiki sendiri dan buat kesimpulan sendiri. Anda akan menemukan jawaban
atas kata Tanya ‘mengapa’? jelas disitu ada Judas Iskariot, artinya iblis ada
disitu.
Bersambung … Yesus memilih Yudas – itu tidak salah