MEMBERI SESUAI KEBUTUHAN YANG BENAR
Prioritas Dasar Alkitab Sederhana dan Langsung
Tuhan kita adalah Tuhan yang memberi.
Memberi adalah salah satu atributnya. Dia disebut Maha Pemberi karena Dia Maha
Pengasih. Orang Kristen merasakan sukacita ketika memberi karena dapat
merefleksikan dan berbagi dalam sifat-sifat Allah melalui tindakan memberi. Ya,
manusia diciptakan serupa dan segambar dengan Allah Sang Pencipta, artinya apa
yang “Allah lakukan” tercermin, tergambar atau terlihat pada apa yang “manusia
lakukan”. (Kej 1:26-27; 5:1-2; 9:6, Ul 19:17-19, Mzm 8:3-8, Mat 5:48, 1 Kor
11:7, Yak 3:9) Bagaimana orang percaya, yang sudah diselamatkan, menerima Roh
Kudus dan mengaku dan mematuhi Yesus Kristus sebagai Tuhan yaitu Raja dalam
kehidupannya mengukur pemberian mereka? Baik Perjanjian Lama maupun Baru
membantu kita memilah dan menyelesaikan kebingungan yang dirasakan banyak orang
tentang memberi. Prioritas dasar alkitabiah sederhana dan lugas. Memberi datang
dan terjadi lebih dulu. Enam prinsip memberi berikut mengajari kita cara
memberi:
1.
Beri Diam-diam
Memberi adalah tindakan intim antara
pemberi dan Tuhan. Ini adalah praktik yang dijaga secara pribadi dan dilakukan
secara rahasia. Yesus berkata, “Berhati-hatilah dalam mempraktekkan kesalehanmu
di depan orang lain agar terlihat oleh mereka; karena pada waktu itu kamu tidak
mendapat upah dari Bapamu yang di surga” (Mat 6:1). Kita kehilangan upah kita dari
Bapa kita di surga jika kita secara terbuka mempraktekkan dan dengan bangga
mengumumkan pemberian kita di hadapan jemaat pria dan wanita. Pemberi
bertanggung jawab kepada Tuhan dan tidak kepada orang lain. Memberi itu
sebenarnya bukan urusan orang lain. Pemberi harus mencari respon Tuhan dalam
ketaatan pada tindakan memberi daripada kekaguman orang dalam kemunafikan
meninggikan diri sendiri (Mat 6:2-4; Luk 18:9-14)). Pemberian yang diumumkan
namanya iklan, langsung mengharapkan respon dari pemirsa. Iklan adalah urusan
duniawi, tidak diperhitungkan di surga.
2.
Memberi dengan Murah Hati
Berapa banyak yang harus kita berikan?
Kita menemukan dua jenis memberi dalam PL. Jenis pertama adalah persepuluhan
yang berarti sepersepuluh. Jenis kedua adalah persembahan sukarela, suatu
pemberian yang melebihi dan berbeda dari persepuluhan (Kel 36:3). Sebenarnya,
dalam PL kita menemukan beberapa jenis penggunaan persepuluhan. Pertama untuk
orang-orang yang tidak memiliki sumber penghasilan. Yang termasuk dalam
pengguna pertama ini adalah: untuk orang Lewi, untuk orang asing, anak yatim
dan janda (Ulangan 14:29). Kedua adalah untuk kebutuhan sosial dan budaya
Israel serta untuk dukungan pemerintah (1 Sam 8:11-18). Persepuluhan dari semua
tanaman dan ternak diperlukan untuk mendukung orang-orang Lewi dan para imam
(Im 27:30-33). Perjanjian Baru tidak memberikan penekanan pada pentingnya
mempertahankan praktik persepuluhan Perjanjian Lama. Model pemberian saat ini,
berdasarkan Perjanjian Baru setara dengan persembahan kehendak bebas PL, yaitu tindakan
sukarela oleh individu daripada tindakan yang diamanatkan oleh hukum. Meskipun
persembahan sukarela bukanlah pendekatan langsung untuk memberi, tidak ada
jumlah atau persentase pendapatan yang tetap, itu bukan tanpa instruksi
alkitabiah (2 Kor 9:6). Persembahan dalam Perjanjian Baru melampaui hukum tertulis
PL, karena dalam memberi dipimpin langsung oleh Roh Kristus (2 Kor 3:6).
Memberi memungkinkan kita untuk mendemonstrasikan secara nyata iman kita kepada
Tuhan di bawah kasih karunia. Seperti Yesus, kita diperintahkan untuk
mempersembahan seluruh diri, tubuh kita, sebagai ibadah sejati (Roma 12:1).
3.
Memberi dengan Sengaja
Prinsip memberi yang ketiga ditemukan
dalam 2 Korintus 9:7a di mana Paulus berkata, “Hendaklah kamu masing-masing
memberi seperti yang telah kamu putuskan …” Seseorang dengan keputusan yang bulat
telah berdamai dengan hati sendiri yang bertujuan untuk memberi. Memberi dengan
sengaja memerlukan perencanaan ke depan dengan secara sengaja memikirkan
pemberian kita sebelumnya, jauh sebelum tindakan memberi itu dilakukan. Namun
kita tidak boleh lupa bahwa ada tindakan pemberian kehendak bebas yang dialami
dalam PL—pemberian yang mengalir dengan bebas dan spontan dari hati yang
bersyukur. Orang-orang memberikan waktu, bakat, dan keuangan mereka, bukan
karena kewajiban atau mengantisipasi berkat yang dijanjikan, tetapi karena
kehidupan penuh syukur yang diberikan oleh Allah yang murah hati (Kel 36; 2 Taw
35; Ezr 1:4). Pemberian yang dilakukan berdasarkan keinginan mendapatkan
kembali berlipat ganda adalah manipulasi dan egois. Pemberian seperti ini lebih
tepat disebut investasi atau penanam modal, atau dagang komersial, bukan
persembahan.
4.
Memberi dengan Sukacita
Di paruh kedua 2 Korintus 9:7b
terdapat prinsip keempat: “…tidak dengan berat hati atau karena paksaan, karena
Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita.” Memberi dengan sengaja
menjaga si pemberi agar tidak kehilangan sukacita memberi. Sikap sukacita
adalah menunjukkan ceria di hadapan Tuhan adalah tujuan si pemberi. Apa pun
yang kurang, dengan enggan, dipaksakan atau di menit-menit terakhir, mengurangi
keadaan keceriaan. Jangka waktu yang direncanakan haruslah yang masuk akal dan
terarah supaya mendorong kita memupuk semangat kegembiraan dalam memberi.
5.
Memberi dengan Berkorban
Prinsip kelima ditemukan dalam kisah
persembahan janda yang jumlahnya mencakup semua yang dia miliki. Yesus
menggunakan teladannya dengan berkata, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya
janda miskin ini telah memasukkan lebih banyak daripada semua orang yang
memberi sumbangan ke perbendaharaan. Karena mereka semua telah memberikan
kontribusi dari kelimpahan mereka; tetapi dia dari kemiskinannya telah
memberikan segala miliknya, semua yang dia miliki untuk hidup” (Mrk 12:41-44). Memberi
lebih banyak di sini dari sudut pandang kualitas atau persentase. Misalkan si
janda memberi 2 peser adalah 100% dari uangnya yang ada saat itu. Orang lain
yang lebih kaya dari dia mungkin memberi 200 peser (100 kali lebih banyak
ketimbang janda dalam angka mutlak) tetapi bisa jadi hanya 0,05% dari uang
orang itu yang ada saat itu. Ada perbedaan besar antara kontribusi orang kaya
dan komitmen persembahan janda miskin ini. Persembahan orang kaya tidak berisiko
merugikan mereka karena tidak ada konsekuensi yang besar untuk memberikan apa yang
tidak mereka butuhkan untuk hidup dan untuk uang mereka tidak bergantung pada Tuhan. Sementara persembahan
orang miskin yang diwakili Janda ini tidak menyisakan sebagian dari harta yang
dia miliki untuk bertahan hidup. Janda ini memberi dalam pengetahuan dan
harapan bahwa Tuhan pada akhirnya akan memenuhi setiap kebutuhannya. Dengan
iman kita memberikan pengorbanan dari apa yang kita miliki untuk sepenuhnya
bergantung kepada Allah untuk makanan kita sehari-hari (Mat 6:8, 11, 25-34; Flp
4:19). Sang janda dengan persembahan itu menunjukkan bahwa dia mempercayai
Tuhan sepenuhnya bahwa Tuhan dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dan hidup setiap
hari bergantung pada-Nya. Yesus
memberikan diri-Nya sebagai contoh utama memberi, “Sebab kamu tahu kemurahan
hati Tuhan kita Yesus Kristus, bahwa meskipun Ia kaya, tetapi karena kamu Ia
menjadi miskin, sehingga karena kemiskinan-Nya kamu menjadi kaya” (2 Kor 8:9).
Baik janda miskin maupun orang kaya
keduanya berkorban dalam memberi. Secara kuantitatif (angka) pemberian orang
kaya lebih banyak. Secara kualitatif (persentase) pemberian janda lebih banyak.
Bagaimana kita menyikapi peristiwa nats ini? Jawabnya dengan memperhatikan dan
memahami apa yang diperintahkan dalam lima prinsip memberi lainnya. Mat 19:23
memberi tahu kita orang kaya sukar masuk Kerajaan Surga. Mengapa? Menurut Mat
13:22 Karena dia terhimpit, artinya dijepit sehingga tidak berdaya, tidak bisa
bergerak. Apa jalan keluarnya? Jelas: TIDAK ADA YANG MUSTAHIL BAGI ORANG
PERCAYA KEPADA TUHAN (Mat 19:26, Kej 18:14, Ibr 6:18, Yes 62:4, Luk 1:37;45, 1
Kor 10:13, Fil 4:13).
6.
Memberi Secara Proporsional
Prinsip keenam dan terakhir
mengingatkan seseorang untuk memberi secara proporsional dengan kemakmurannya.
Paulus menulis, “Pada hari pertama setiap minggu, kamu masing-masing harus
menyisihkan dan menabung berapa pun tambahan yang kamu peroleh” (2 Kor 16:2).
Konsisten dengan pendekatan PB untuk memberi, sang rasul tidak mengajukan
aturan keras dan cepat tentang jumlah atau persentase tertentu dari apa yang diperoleh
seseorang, tetapi mengingatkan orang percaya bahwa memberi harus dilakukan
secara proporsional dengan pendapatan ekstra yang diberkati Tuhan (Ul. 8:1; 1
Taw 29:1). Kita seharusnya tidak hanya memberi secara teratur, tetapi juga
secara proporsional kepada Dia yang mensejahterakan kita sejak awal (1 Tim
6:17). Kemakmuran finansial dalam hidup kita seharusnya tidak memberi kita izin
untuk membelanjakannya sesuai pilihan karena keinginan kita (wish list). Bukan juga
menjadi tiket kita menuju gaya hidup memanjakan diri yang merangkul kemewahan. Juga
bukan gaya hidup longgar yang mengumbar kebiasaan belanja kita. Kemakmuran
dalam hidup seseorang berarti kesempatan yang lebih besar untuk terlibat dalam
sifat memberi yang saleh. Saat Tuhan memperkaya hidup kita, kita perlu
menginventarisasi berkat rahmat-Nya dan mengevaluasi kembali bagian yang harus
kita kembalikan kepada-Nya untuk kemajuan pekerjaan-Nya dalam Kerajaan Surga di
Bumi. Dengan demikian doa Tuhan Yesus …. Datanglah KerajaanMu, jadilah
kehendakMu di bumi seperti di surga….semakin hari semakin nyata.
Prinsip memberi secara diam-diam, murah hati, dengan sengaja, dengan sukacita, dengan pengorbanan, dan secara proporsional apabila dilakukan secara konsisten terus menerus akan membawa kita semakin sempurna dalam menjalankan tugas dan fungsi kita sebagai wakil Tuhan di bumi ini.
Tuhan Meminta Kita Memberi
Sebagai gambar dan rupa Tuhan, kita
melakukan apa yang Tuhan lakukan. (Yoh 5:19). Bapa telah memberi kita
pengorbanan terbesar yaitu Putra tunggal-Nya. Tuhan meminta kita untuk
berkorban sebagai tindakan penyembahan di hadapan-Nya. Apabila kita taat, Dia
akan memberkati kita. Bukankah pengorbanan Yesus Kristus telah menjadikan Dia
Raja segala raja? Bukankah pengorbanan Yesus bertujuan untuk mewujudkan
kehendak Allah di bumi seperti di surga?
Memberi memungkinkan pekerjaan kita mewujudkan kehendak Tuhan semakin sempurna. Apakah kehendak Tuhan yang tergantung kepada pemberian kita? Berikut beberapa untuk menginspirasi Anda:
Dua Kehendak Tuhan
1. Kehendak Tuhan, atau Kehendak Yang Berdaulat
Herodes, Pilatus, para
prajurit, para pemimpin Yahudi — mereka semua berdosa dalam memenuhi kehendak
Allah bahwa Anak-Nya disalibkan (Yesaya 53:10). Jadi sangat
jelas tentang ini: Tuhan berkehendak untuk terjadi beberapa hal yang Dia benci.
Efesus 1:11 , “Di dalam Dia [Kristus] kita telah memperoleh milik pusaka, yang telah ditentukan sebelumnya sesuai dengan maksud Dia yang mengerjakan segala sesuatu menurut kehendaknya. Kehendak Tuhan adalah pemerintahan Tuhan yang berdaulat atas semua yang terjadi (datanglah KerajaanMu). Ada banyak bagian lain dalam Alkitab yang mengajarkan bahwa pemeliharaan Tuhan atas alam semesta mencakup detail terkecil dari alam dan keputusan manusia. Tidak ada seekor burung pipit pun yang jatuh ke tanah tanpa kehendak Bapa kita yang di surga (Matius 10:29). “Undi dibuang ke pangkuan, tetapi setiap keputusannya berasal dari Tuhan” (Amsal 16:33). "Rencana hati adalah milik manusia, tetapi jawaban lidah adalah dari Tuhan" (Amsal 16:1). “Hati raja adalah aliran air di tangan Tuhan; ia memutarnya ke mana pun ia mau” (Amsal 21:1).
“Dia melakukan sesuai dengan kehendaknya di antara penghuni surga dan di antara penghuni bumi; dan tidak ada yang dapat menahan tangannya atau berkata kepadanya, 'Apa yang telah kamu lakukan?'” (Daniel 4:35 ).
2. Kehendak Perintah Tuhan
Ini adalah kehendak
Tuhan yang bisa kita tidak patuhi dan gagal lakukan. Kehendak keputusan
kita lakukan apakah kita percaya atau tidak. Kehendak perintah bisa gagal
kita lakukan. Misalnya, Yesus berkata, “Bukan setiap orang yang berkata kepada-Ku,
'Tuhan, Tuhan,' akan masuk ke dalam Kerajaan Surga, melainkan dia yang
melakukan kehendak Bapa-Ku yang di surga” (Matius 7:21 ). Tidak
semua melakukan kehendak Bapa-Nya. Dia bilang begitu. “Tidak semua
orang akan masuk ke dalam kerajaan surga.” Mengapa? Karena tidak
semua melakukan kehendak Tuhan.
“Dan dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi barangsiapa melakukan kehendak Allah, ia tetap hidup selama-lamanya” (1 Yohanes 2:17). Tidak semua tinggal selamanya. Beberapa melakukannya. Beberapa tidak. Perbedaan? Beberapa melakukan kehendak Tuhan. Beberapa tidak. Kehendak Tuhan, dalam pengertian ini, tidak selalu terjadi.
Hasil yang diperoleh tergantung usaha
yang dilakukaan
2 Korintus 9:6-8 Ingatlah ini: Orang yang menabur
sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai
banyak juga. Kamu masing-masing harus memberikan apa yang telah kamu
putuskan dalam hatimu untuk diberikan, tidak dengan enggan atau karena paksaan,
karena Tuhan menyukai pemberi yang ceria. Dan Tuhan mampu memberkati Anda
dengan berlimpah, sehingga dalam segala hal setiap saat, memiliki semua yang
Anda butuhkan, Anda akan berlimpah dalam setiap pekerjaan baik.
2 Korintus 9:10-15
Sekarang
dia yang menyediakan benih untuk penabur dan roti untuk makanan juga akan
menyediakan dan menambah simpanan benihmu dan akan memperbesar panen
kebenaranmu. Anda akan diperkaya dalam segala hal sehingga Anda dapat
bermurah hati dalam setiap kesempatan, dan melalui kami kemurahan hati Anda
akan menghasilkan ucapan syukur kepada Tuhan. Pelayanan
yang Bapak/Ibu lakukan ini tidak hanya memenuhi kebutuhan umat Tuhan tetapi
juga melimpah dalam berbagai ungkapan syukur kepada Tuhan. Karena
pelayanan yang telah Anda buktikan sendiri, orang lain akan memuji Allah atas ketaatan
yang menyertai pengakuan Anda akan Injil Kristus, dan atas kemurahan hati Anda
dalam berbagi dengan mereka dan dengan semua orang lainnya. Dan di dalam
doa-doa mereka untukmu, hati mereka akan tertuju kepadamu, karena kasih karunia
yang luar biasa yang telah Tuhan berikan kepadamu. Terima kasih kepada
Tuhan atas karunia-Nya yang tak terlukiskan!
Campur tangan Tuhan
Mazmur 112:5
Kebaikan
akan datang kepada mereka yang murah hati dan meminjamkan dengan bebas, yang
menjalankan urusan mereka dengan adil.
Amsal 11:24
Satu
orang memberi dengan cuma-cuma, namun memperoleh lebih banyak lagi; yang
lain menahan terlalu banyak, tetapi menjadi miskin.
Amsal 11:25
Orang
yang murah hati akan makmur; siapa menyegarkan orang lain akan disegarkan.